Juan tidak menyangka kalau dia bisa merasa kembali bahagia hanya dengan melihat wajah gadis itu. Mata gadis itu membuatnya terlihat misterius, bagai sepasang blackhole yang menyerap semua kemampuan dalam diri Juan. Dia merasa ingin menyerah dan ingin memberikan semua yang dia miliki pada gadis itu.
Seharusnya, dia menggenggam tangan gadis itu dan melamarnya. Seharusnya dia membawa pulang gadis itu dan menjadikannya istri agar dia bisa hidup bahagia selamanya. Tapi, ternyata yang dia lakukan malah menghampiri gadis itu dan menciumnya lagi.
Gadis itu terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka Juan akan memperlakukannya seperti itu, tapi kemudian dia tahu kalau dia menginginkan ciuman itu juga. Dia meremas tengkuk Juan dan menahan kelaki itu agar tetap menciumnya.
Pikirannya menolak. Dia ingin mendorong Juan dan meminta lelaki itu mempertanggungjawabkan perbuatan karena telah mengurungnya di sini. Dia sakit hati karena Juan membuatnya jadi begini. Sayangnya, tubuhnya berkata lain. Hatinya begitu senang merasakan kehadiran Juan yang menciumnya, memberikan semua yang diinginkan tubuhnya.
Juan mendorongnya ke tempat tidur, menindihnya, menempelkan tubuh pada dirinya. Lelaki itu begitu kuat mendesaknya, memaksakan hal yang memang ia inginkan.
Juan melepaskan ciumannya. Dia melihat Gadis yang ada di bawah tubuhnya. Gadis itu memejam, lalu membuka matanya untuk melihat kenapa Juan berhenti menciumnya.
Lelaki itu takjub karena gadis itu tetap menginginkannya sekalipun melihat wajahnya begitu dekat, wajah yang dia anggap begitu mengerikan.
"Kau ... tidak takut?" tanya Juan pelan.
Gadis itu menatapnya bingung. Mata gelapnya berbinar. Alisnya bergerak, seolah memohon pada Juan.
"Apa? Apa yang kutakutkan?" tanya Gadis yang tidak mengerti perkataan Juan. Dia telah melihat iblis besar. Dia telah melihat mayat-mayat dan kematian. Dia telah melihat begitu banyak kengerian. Apa lagi yang bisa membuat gadis kecil itu takut?
Juan menyentuh wajah Gadis, menjelajahi setiap detail kulit lembut itu.
Gadis itu merinding, menggigil dalam rangsangan jari-jari Juan. Saat tangan Juan mencapai lehernya, Gadis merasa berubah menjadi agar-agar raksasa yang menggelenyar setiap disentuh. Kejutan-kejutan menggairahkan membuat kulit Gadis seperti terbakar. Dia berharap Juan melakukannya lagi dan lagi. Dia berharap Juan menyelesaikan semuanya, bukan hanya memberikan iming-iming saja.
Gadis mengambil sikap. Dia menarik pinggul Juan, menempelkan pinggul itu pada tubuhnya. Begini yang dilakukan orang itu dulu, bukan?
Kalau dulu rasanya sakit, Gadis yakin Juan punya cara untuk membuatnya jadi terasa menyenangkan. Dia percaya pada lelaki itu kali ini, sekalipun beberapa detik lalu dia begitu ingin marah dan meludahinya.
Juan begitu bergairah melihat gadis itu mendambakannya. Dia kembali menyesap bibir gadis itu dan melumatnya dengan lembut.
Gadis membalasnya, menjadikan ciuman itu semakin menggairahkan. Kelembutan yang tadi Juan tampilkan berubah menjadi ketidaksabaran. Juan terus memangsanya, menggigitinya, dan dia juga melakukan hal yang sama, berusaha merebut kembali kenikmatan yang telah Juan ambil darinya.
Tangan Juan meraba tubuh Gadis, begitu pula tangan Gadis pada tubuh Juan. Mereka saling melepaskan, saling mencari, saling mendamba. Saat tubuh mereka sudah sama-sama telanjang, mereka saling menjauh, saling menikmati tubuh yang lain dengan mata, mencari bagian-bagian indah yang mereka suka.
"Kau ... cantik sekali," bisik Juan dengan bibir basah.
Sebelum Gadis mengatakan apa pun, Juan menangkap lagi bibirnya, menggilas bibir lembut itu dengan ciuman paling tidak sabar yang pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Bí ẩn / Giật gânJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...