53. Romeo and Juliet

431 96 14
                                    

"Aku menelepon laki-laki," protes Goldie dengan kesal. "Aku berharap laki-laki yang datang, bukan ... gadis dengan rok mini sepertimu."

Gadis itu membelalak, tapi tidak terlihat tersinggung. Mata cokelatnya yang bulat terlihat lebih merah sekarang, padahal seharusnya tidak ada manusia bermata merah seperti itu. Gadis itu terlihat seperti vampir dari zaman yang sudah lama sekali. 

"Kenapa dengan rok miniku? Apa menurutmu dengan rok mini aku jadi tidak terlihat kompeten? Lagi pula, aku datang bukan untuk menghajar orang."

"Lalu?"

"Aku ingin berkencan."

"Kenapa kau ke mari?" Goldie jadi semakin kesal. 

Gadis itu berjalan ke arah dapur. Goldie mengikutinya. Gadis itu melihat ke luar jendela, menatap beberapa wartawan, lalu membuka kulkas untuk mencari minuman dingin. Setelah mendapatkan minuman buah dalam kotak, dia meminum sebanyak mungkin, lalu tersenyum pada Goldie.

"Karena pacarku akan ke mari," jawabnya dengan senyum manis. "Di mana senjata orang tuamu?"

"Gadis. Dia tidak mungkin tidak memiliki senjata di rumah ini. Dia tahu apa yang mungkin dia hadapi. Mana mungkin dia hidup dengan tangan kosong."

Goldie jadi bingung. Selain pisau dan senjata yang dia pelajari selama ini, dia tidak pernah tahu kalau di rumah ini ada senjata. 

"Tidak ada. Kurasa tidak ada." Goldie tetap terlihat bingung.

"Hmm ... menarik. Biarkan aku yang mencarinya," kata gadis itu sebelum berjalan ke bagian dalam rumah. "Apa di sini ada basement? Ruangan di bawah tanah?"

"Tidak ada."

"Seharusnya ada."

"Tapi aku sudah tinggal di sini selama enam belas tahun."

"Saat berusia enam belas tahun aku tidak tahu siapa ayahku yang sebenarnya sampai rasanya aku ingin membongkar kuburan ibuku dan menghajarnya. Kenapa dia harus jadi pelacur sampai aku bingung siapa sebenarnya ayah biologisku."

"Uhm ... kau tidak punya orang tua?"

Dia berbalik dan tersenyum. "Aku punya orang tua angkat dan lusinan saudara."

Goldie jadi mengerti kenapa gadis itu bersikap seperti tadi. Menurutnya, gadis itu mungkin ingin menutupi sisi kesepian di dalam dirinya dengan bersikap arogan seperti itu. Selama ini, ibunya juga bersikap begitu. Ibunya selalu terlihat berbeda jika mereka berkunjung ke rumah tetangga yang masih hidup dengan kakek dan nenek mereka. Ibunya seperti iri karena sudah tidak memiliki orang tua.

"Aku punya, tapi dulu. Mereka semua meninggal karena ingin melindungiku," jawab ibunya setiap ia bertanya. Ibunya selalu menegaskan bahwa dia sudah tidak menangisi masa lalu. Namun, dia yakin sebenarnya masih ada titik hitam rasa kesepian di dalam diri ibunya, titik hitam yang hanya bisa diisi dengan pelukan orang tua.

Memang, ibunya mendapatkan pelukan dari suami dan dia juga sering memeluk ibunya, tapi dia yakin pelukan orang tua memang takkan tergantikan oleh apa pun. Dia sendiri pun begitu. Sekalipun sering dipeluk oleh ayah tiri, dia tetap berharap suatu hari bisa bertemu dengan ayah biologisnya dan merasakan pelukan ayah biologisnya sendiri,

'Kenapa juga aku berdoa begitu? Kalau saja aku tahu bahwa ayah biologisku iblis, aku tidak akan berdoa untuk bertemu dengannya sampai kapan pun,' batin Goldie dengan sangat kesal. 

Seharusnya Goldie tak punya waktu untuk kesal. Gadis di depannya itu memeriksa setiap celah rumahnya dengan saksama, seperti yakin kalau ada basement di rumah ini dan ibunya menyimpan senjata. Goldie yang tidak memperhatikan tak pernah tahu kalau Gadis di depannya tidak menyentuh benda sembarangan. Gadis itu menyentuh benda-benda yang dia pikir bisa membukakan pintu menuju ruang bawah tanah.

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang