"Bagaimana caraku ke rumah?"
Goldie menatap dengan takjub rumah jalanan di depannya. Jalanan itu penuh dengan mobil di bagian kanan dan kiri. Di bagian tengahnya ada banyak sekali orang yang berjalan ke satu arah, searah dengan tujuannya.
Dia yakin polisi sudah sampai ke rumahnya atas laporan tetangga. Tentu saja bukan hanya polisi yang memenuhi jalanan dan halaman rumahnya, tapi juga wartawan dan masyarakat yang sangat ingin tahu.
Gadis remaja itu diam sebentar sambil terus memegangi roda kemudi dengan telapak tangannya yang berkeringat sekalipun pendingin mobil luar biasa dinginnya. Dia sibuk menggigiti bibir bawah sambil berpikir. Di dalam kepalanya ada perhitungan tentang apa yang seharusnya dia lakukan setelah ini.
Dia tidak mungkin menerobos kerumunan itu begitu saja dan masuk ke rumahnya dengan cara normal. Semua orang akan menahannya dan menginterogasinya. Polisi-polisi itu tidak akan berarti apa-apa dalam urusan ini. Sudah pasti dia akan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan adiknya jika dia membiarkan polisi membawanya.
Lalu, apa yang harus dia lakukan?
Goldie akhirnya menarik napas dalam dan mengambil keputusan. Dia memundurkan mobilnya dan berjalan memutar, kembali ke jalanan tempatnya datang tadi. Dia memutuskan untuk menjauh dari rumahnya, mencari tempat untuk bersembunyi.
Dia tidak bisa gegabah. Lebih baik dia menunggu malam daripada dia harus tertahan selama berhari-hari di kantor polisi. Yang lebih mengerikan, kalau ternyata Juan Butoijo memiliki koneksi dengan polisi. Tentu sama saja dengan menyerahkan diri. Sudah pasti Juan sendiri yang akan menjemputnya sebagai seorang ayah yang telah lama kehilangan anaknya.
Goldie memilih menyembunyikan mobil iti di halaman sebuah kantor yang tak jauh dari rumahnya, hanya satu blok jauhnya. Gedung kantor pemasaran perumahan itu memang cukup ramai, berbagai mobil ada di sana. Goldie memilih menempatkan mobil SUV besarnya itu di samping sebuah truk kecil yang kelihatannya digunakan untuk memindahkan barang-barang perumahan.
Dengan lincahnya, Goldie mencari lagi di antara barang-barang yang tertinggal di dalam mobil itu, berharap menemukan sesuatu yang berharga. Selain sebuah senapan, topi dengan logo BLMC (Belvis Landis Military Company), beberapa uang koin yang terjatuh di lantai mobil, sebuah tshirt jersey sepak bola baru yang terlalu besar untuk Goldie, dan sepasang sepatu boot cadangan yang disimpan dalam kotak plastik bersama dengan kaus kakinya.
Goldie memilih kaus kaki baru itu untuk menutup kakinya yang telanjang, Jelas udara malam Di musim gugur begini bisa menusuk tulang. Goldie tidak ingin kakinya mengalami hipotermia sampai dia tidak bisa menjalankan misi dengan baik.
Setelah itu, dia memakai jersey biru tua itu di atas pakaiannya untuk membuatnya terlihat seperti suporter sepak bola yang gagal menonton pertandingan di stadion. Dia mengumpulkan uang yang ada untuk membeli sebuah roti. Dia berencana mengambil air minum di keran dekat toko swalayan.
Semua rencana itu matang di dalam kepalanya. Dia kembali ke tempat duduknya dengan keyakinan penuh. Dia bahkan sudah memperkirakan dari mana dia akan masuk kembali ke dalam rumahnya. Namun, saat dia duduk bersandar di kursi kemudi dengan jendela mobil dibuka sedikit dan mesin mobil mati, dia ternyata malah tertidur.
Kelelahan dan angin dingin yang menyusup masuk dari jendela membuatnya tertidur, tak peduli dia masih sangat lapar. Uang di sakunya belum diubah menjadi roti dan tenggorokannya masih kering sekali.
Di dalam tidurnya tidak ada mimpi sama sekali. Di dalam tidurnya juga tidak ada kekhawatiran atau kegelisahan seperti yang dia rasakan saat terjaga. Tidur itu begitu nyenyak seperti ketenangan yang begitu saja diberikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mystery / ThrillerJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...