Malam, Dears! ^^
Beneran ketemu lagi sama Eros dan Alyka malam ini. Hara ngetiknya ekspress banget tahu! Jadi, Hara enggak mau tahu. Kalian kudu ramein. Bawa bala makhluk-makhluk astral yang diem-diem baca. Wkwkwk
Tolong cekin typo, ya!
Komentar yang banyak ...Vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Tubuh Alyka menggeliat di atas ranjang besar. Dengan gerakan malas, dia berguling ke kanan. Sedetik kemudian, dia berguling kembali ke sisi kiri. Dia berakhir dengan posisi tengkurap. Kelopak matanya yang menutup berkedut-kedut terganggu sinar matahari yang masuk. Merasa masih ingin melanjutkan tidurnya, Alyka menyembunyikan kepala ke bantal. Tangan kirinya berusaha menggapai selimut yang tertahan di panggul.
Beberapa menit berada dalam lilitan selimut, Alyka tak kunjung terlelap kembali. Dia mengerang kesal sembari membalikkan badan menjadi terlentang. Perlahan matanya membuka. Dia mengusap mata dengan jari tangan untuk memperbaiki pandangannya yang kabur.
Usai bisa melihat dengan jelas, sontak dia terperanjat menyadari langit-langit kamar yang berbeda dari yang seharusnya. Walau belum tiga hari menempati salah satu kamar di Hilton Bali Resort, Alyka tak sepikun itu untuk tak mengenali detail kamarnya sendiri.
Dilanda panik, Alyka duduk dengan cepat. Dia menatap awas sekitar. Benar saja, kamar yang dia tempati sekarang bukan kamar hotelnya. Bagaimana mungkin dia terdampar di sebuah kamar yang dari sekilas saja bisa dia tebak sebagai kamar seorang pria. Interior dan desain kamar itu jelas tak bisa membohongi pengelihatannya.
Sepintas berkelebat pikiran-pikiran buruk dalam benak Alyka. Dia tiba-tiba ingat wejangan Aulia kemarin malam. Mungkinkah dia berakhir tidur dengan pria belang seperti yang Aulia katakan? Pasalnya, Alyka tak mampu mengingat satu pun kejadian malam kemarin. Ingatan terakhirnya berhenti saat dia meneguk segelas jus dengan potongan buah yang terasa agak pahit di lidahnya. Selain itu, tidak ada lagi.
Lalu kenapa dirinya bisa berakhir di tempat ini?
Alyka menggigit bibir bawahnya gugup. Dia berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk yang sempat mampir dengan mencoba menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.
"Tenang, Ly! Loe harus tenang. Selama badan loe enggak ada yang sakit, berarti loe enggak berakhir one night stand sama laki hidung belang," gumamnya.
Dalam sepersekian detik, dia tersentak dengan kata-katanya sendiri. Secepat kilat dia loncat dari ranjang dan melompat-lompat kecil. Merasa tidak ada yang aneh dengan tubuhnya, senyum Alyka mengembang.
"God, gue enggak apa-apa. Selangkangan gue enggak sakit. Gue masih perawan, Tuhan!" celetuk Alyka girang.
Sayang, tak berselang lama raut girangnya berubah horor. Kedua bola matanya mendelik menatap cermin. Jika dia diberi pilihan, dia sungguh tak ingin menatap bayangan dirinya pada cermin tersebut.
Sial! Dirinya masih secantik biasanya. Muka bantal tanpa make up. Seharusnya, tidak ada yang salah dengan cermin tersebut andai dia tak menyadari sesuatu yang salah.
Alyka sudah semestinya berterima kasih pada seseorang yang mau bersusah payah membersihkan wajahnya. Namun di saat bersamaan, Alyka juga ingin marah pada siapapun yang sudah berani-beraninya mengganti pakaian Alyka tanpa izin. Apalagi pakaian yang dia kenakan bukan sekadar baju tidur biasa, melainkan baju tidur satin merah menyala setengah paha dengan tali spaghetti sebagai penyangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomanceGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...