FINDING CINDERELLA #17

20.6K 2.2K 73
                                    

Pagi, Dears!

Sudah pada sarapan belum?

Pagi ini Hara update Eros dan Alyka lagi. Kalian senang?

Di bab ini, silakan mengumpulkan beling sebanyak-banyaknya. Jangan sampai satu beling pun terlewat hingga membuat kalian terluka di ending cerita. Apalagi kalau sampai harus baca ulang. Wkwkwk

Terima kasih untuk 22 komentar yang bikin rame lapak ini di bab kemarin. Hara belum balas. Sebentar lagi meluncur. ^^

Vote, comment, dam share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!






***






Ini keempat belas kalinya Eros bolak-balik menyambangi ujung barat dan timur kolam renang di siang bolong. Tenaganya seperti tak ada habisnya. Dia pikir berenang bisa menjernihkan kepala. Jujur, kejadian dua jam lalu meninggalkan pertanyaan berkelindan di otaknya.

Tentang bagaimana Alyka akhirnya menyerah seharusnya membuat Eros senang. Akan tetapi, sikap, perkataan, dan tatapan terluka Alyka malah menjadi bumerang. Bagaimana tidak, sampai sekarang otaknya tak henti memikirkan gadis itu. Merasa bersalah? Mungkin. Eros tak bisa menjawab pasti bagaimana perasaannya saat ini.

Tepat di hitungan kelima belas, Eros memutuskan menepi. Masih dengan napas terengah, dia mengibaskan rambut panjangnya yang basah. Lantas keningnya mengeriting kala tatapannya bertemu dengan Erika. Kakaknya itu sedang bersendekap sembari mengamatinya lamat.

Eros menumpukan kedua tangannya di sisi kolam. Kemudian dia melompat naik dalam satu gerakan. Kini, dirinya duduk santai di pinggir kolam sambil menikmati segelas sari apel dingin.

"Kenapa, Kak?" tanya Eros. Dia melirik Erika lewat sudut mata.

"Kamu tanya Kakak? Harusnya Kakak yang tanya. Kamu kenapa? Tumben matahari di atas kepala, kamu sibuk berenang sendiri."

Eros menandaskan minumannya. Dia lantas mengentaskan diri sepenuhnya. Tungkainya bergerak ke kursi malas di sisi kiri kolam. Eros menyambar handuk guna mengeringkan rambut.

"Lagi banyak pikiran aja."

Erika mengernyit. Dia menghampiri Eros dan berdiri di hadapan adiknya itu. Kepalanya bergerak mencari manik mata Eros yang kentara sekali berusaha menghindar.

"Apa, sih, Kak! Enggak ada apa-apa. Cuma lagi pusing sama kerjaan aja. Jangan mulai deh nyebelinnya,"  keluh Eros. Dia mengempaskan bokongnya ke kursi malas. Tangannya tak berhenti menggosok rambut dengan handuk.

Erika berdecak. Dia memutar mata sekilas sebelum menyugar rambut legamnya. "Jangan mengambing-hitamkan kerjaan. Kamu utang satu penjelasan lho sama Kakak. Ingat?"

"Aku tidak merasa punya utang apa pun. Soal Giani, kan, sudah aku jelasin."

"Bukan soal Giani." Erika menggeleng-geleng kecil.

"Lalu?"

"Soal kamu yang ubah rencana seenaknya. Sehari sebelum berangkat ke Bali, kamu cerita ke Kakak kalau—"

"Kak," Eros menoleh, menatap tepat manik mata Erika. "Bisa jangan dibahas sekarang?"

"Gimana enggak dibahas? Waktu itu kamu cerita kalau mau melamar. Kamu juga berencana mengenalkan dia pada Mama. Liburan kali ini, kan, hasil ulah kamu, Eros."

FINDING CINDERELLA | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang