EXTRA PART 1

19.9K 1.5K 39
                                    

Pagi, Dears!

Jam 1 udah dianggap pagi dong, ya. Ketemu lagi sama Hara. Kali ini di Extra Part Finding Cinderella.

Siapa.yang sudah enggak sabar?

Langsung aja, yuk!

Vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!


***

Alyka duduk sembari bermuram durja. Hampir dua bulan semenjak terakhir kali Eros menemuinya, pria itu tak lagi nampak seolah-olah memang membuktikan ucapannya untuk pergi dari kehidupan Alyka.

Seharusnya, Alyka senang. Itulah yang dia harapkan saat melihat Eros berhasil menemuinya. Namun entah mengapa, semakin hari dirinya semakin tak tenang. Hatinya mengatakan ada yang salah. Semua tak lagi berjalan sesuai kemauan.

Sewaktu-waktu di benak Alyka tebersit tanya. Apa yang akan terjadi jika dirinya benar-benar pulang? Menemui Papa atau Kak Nabila. Mungkinkah Eros juga ada di sana menyambutnya? Bagaimana hubungan Eros dan Kak Nabila sekarang?

Dari sikap Eros yang begitu saja melepasnya, dia mulai memupuk banyak asumsi. Salah satu yang bercokol kuat adalah tentang Eros dan Nabila yang kemungkinan sudah kembali bersama. Meskipun tahu hatinya tak sekuat karang, dia tetap mengulang-ulang kemungkinan itu dalam benak. Alhasil, otak dan hatinya sering berjalan berlawan arah.

Kenyataannya, merelakan dan mengikhlaskan adalah perkara yang tidak gampang. Dia sudah merelakan, pasti. Namun untuk mengikhlaskan, hatinya selalu dilanda perih.

Benar kata Eros. Dirinya hanya berusaha melarikan diri, bukan mencari solusi dari semua yang terjadi. Dirinya bahkan tak memberi kesempatan bagi setiap orang untuk membela diri. Bak seseorang yang paling tersakiti, dia langsung menjatuhkan vonis.

Kemunculan Eros sukses meluluh-lantakkan tembok pertahan yang dua tahun ini dia bangun. Bendungan air matanya jebol sehingga Alyka memilih menangis diam-diam. Penjelasan singkat dari Eros kerap membayang-bayang, membuatnya dihantui rasa bersalah.

Alyka ikut terluka melihat bagaimana Eros menahan kecewa dan sakit karenanya. Padahal yang dia inginkan sederhana. Kembali menyatukan Eros dan Nabila, lalu ikut bahagia melihat mereka bahagia. Sayang, dia tidak bisa menghalau gumpalan luka dalam waktu yang sama.

"Pulang kalau kamu mau pulang. Badan kamu memang di sini, tapi aku tahu jiwa dan pikiran kamu di tempat lain." Wira tidak tahan untuk tidak menegur Alyka yang sejak tadi termenung dalam diam.

Alyka menoleh. Dia sedikit terkejut melihat Wira yang duduk di sebelahnya. Seingatnya, tadi pria itu masih membantu seorang warga untuk mengangkat beberapa ember air ke tenda.

"Aku di sini sudah," Wira mengintip arloji di pergelangan tangannya, "sekitar dua puluh menit." Dia mendongakkan wajah, kembali menatap Alyka. Senyum tipisnya terbit mencapai mata. "Syukurlah kamu enggak jadi kesurupan. Aku pikir kamu bakal teriak dan kejang-kejang kalau sepuluh menit lagi tetap diam."

Alyka tersenyum lemah. "Apa, sih, Mas!"

"Apa?" Wira balik bertanya sembari mengangkat kedua bahu dan tangan. "Harusnya aku yang tanya. Kamu kenapa?" tanyanya. Tidak ada mimik wajah ingin tahu, melainkan lebih ke rasa khawatir. "Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan pria waktu itu?"

Alyka memalingkan wajah, lantas menunduk menatap jalinan jari-jarinya di pangkuan. Dia inhin menyangkal, tetapi tahu tindakan itu sia-sia belaka bila di depan Wira. Akhirnya, dia mengangguk.

Wira tertawa geli. Baru kali ini dia melihat Alyka begitu sedih. Padahal selama ini Alyka terlihat seperti wanita yang hidup bebas tanpa masalah.

"Jadi, kamu menerima tawaranku jadi relawan gara-gara pengin melarikan diri? Patah hati?" Wira tak mengharapkan tanggapan. Oleh karena itu, dia pun melanjutkan. "Mau dengar sebuah cerita, Ly? Siapa tahu setelah mendengarnya, kamu bisa mengambil keputusan."

Alyka menggerakkan kepala ke samping kiri. Tatapannya dan Wira tak sengaja bersirobok. Kendati tidak mengeluarkan suara sebagai persetujuan, sepertinya Wira menangkap ketidak-keberatannya untuk mendengar.

Wira merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebuah kotak beledu. Dia mengulurkan kotak tersebut pada Alyka sembari menjentiknya hingga terbuka. Seketika sebuah cincin emas putih sederhana terpampang di depan mata.

"Cantik, bukan?" tanya Wira.

Alyka mengulum senyum. Dia meraih kotak cincin itu dan menelitinya secara saksama. Cantik. Cincin itu memang cantik, tetapi cincin yang Eros berikan dulu jauh lebih cantik.

"Aku punya lebih cantik dari ini," celetuk Alyka spontan.

Sebelah alis Wira bergerak naik. "Benarkah?"

Alyka bergumam. Netranya masih belum beralih dari cincin yang bertengger angkuh di tempatnya.

"Tapi itu harganya bisa buat beli rumah di kawasan Pondok Indah, lho!"

"Bukan masalah harganya, Mas. Tapi—"

"Soal siapa yang memberikannya, kan?" Wira memajukan wajah, mengejar manik mata Alyka. "Apa kamu percaya kalau setiap cincin memilih pemiliknya sendiri, Ly?



Tbc

Extra Part ini sudah bisa kalian baca lengkap di Karyakarsa ya, Dear.

Ada sekitar 3k words. Mayan panjang, ya! Bisalah buat menjawab pertanyaan kalian tentang Wira, Naka, Jihan, Eros, dan Nabila.

Hara kasih intip, ya ...

Cover depannya, Dears!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cover depannya, Dears!

Goceng doang, yak! Kalian bisa langsung baca full tanpa skip EXTRA PART 1 FINDING CINDERELLA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Goceng doang, yak! Kalian bisa langsung baca full tanpa skip EXTRA PART 1 FINDING CINDERELLA.

See you on Extra Part 2!



Big hug,
Vanilla Hara
21/11/2021

FINDING CINDERELLA | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang