Malam, Dears!
Enggak terasa ya udah bab 28 aja.
Ramaikan seperti kemarin, bisa?Untuk bab ini, disarankan baca dengan hati-hati biar enggak baca ulang. Karena kalau enggak, kalian bakal kena jebakan distorsi waktu.
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Benak Alyka kembali melayang pada kejadian tiga hari lalu. Sekeras apa pun otaknya berusaha meruntut, tetap saja apa yang terjadi dengannya dan Eros tidak masuk akal. Semua bergerak terlalu cepat, membuat Alyka merasa ada bagian yang hilang. Entah apa itu, yang jelas Alyka belum menemukan benang merah dari melejitnya hubungan mereka.
Bagi sebagian orang, mungkin kisah mereka terkesan dramatis. Masih melekat dalam ingatan bagaimana Eros benar-benar merawat Alyka selama sisa liburan di Bali. Pria itu bahkan sampai memaksa Alyka check out lebih awal, lalu memboyong Alyka ke villa keluarga. Dengan dalih, di sana ada Erika yang bisa menjaga Alyka kalau ada apa-apa dibanding sendirian di hotel.
Tidak sampai di situ. Pria yang kini menjelma menjadi seorang Nayaka—yang banyak digandrungi wanita—itu kembali mengejutkan Alyka. Eros tiba-tiba memesan tiket penerbangan dengan jadwal yang sama. Sebangku pula. Satu pesawat dengan Giani dan Erika.
"Banyak penelitian yang bilang, musik bisa menenangkan pikiran."
Pandangan Alyka meninggalkan jendela. Buntalan-buntalan awan bersemburat warna senja berganti dengan wajah pria yang baru saja menyelipkan sebuah earphone di telinga. Sebuah lagu dengan iringan musik klasik mengalun indah.
Glabela Alyka berkerut, mempertanyakan tindakan pria itu. Namun, Eros hanya mengulas senyum tipis seraya mengisi sela-sela jemari Alyka yang kosong. Sontak pandangan Alyka turun, mengarah pada jemari mereka yang bertaut.
"Sejak tadi kaki kamu enggak mau diam. Tangan kamu gemetar. Dan gigi kamu bergemeletuk seperti sedang kedinginan. Tapi melihat pelipis kamu yang terus berkeringat, aku hanya punya satu kesimpulan. Sekarang aku percaya, kamu takut ketinggian."
Alyka mendongak, menatap takjub Eros yang bisa begitu detail mengamatinya. Padahal Alyka tak banyak bicara sejak pesawat mengudara. Yang dia lakukan sejak tadi hanya diam. Dia berusaha menghindar dengan menganggap Eros tidak pernah ada di sampingnya. Sayang, pria itu sepertinya terlalu peka.
"Aku enggak mungkin ikat kaki kamu biar diam. Jadi, tangan kamu aja yang aku genggam." Eros memamerkan tautan tangan mereka. "Kalau begini masih kurang, aku enggak keberatan berbagi pelukan," sambungnya sembari mengerling jail.
Alyka mendengkus diiringi decakan kesal. Dia memalingkan wajah ke arah lain, tak berniat meladeni Eros. Kendati begitu, dia tak merasa risih dan membiarkan tangan mereka bertaut hingga pesawat landing di bandara Soetta.
"Ly, hei! Dari tadi loe melamun, ya?"
Aulia menggerak-gerakkan telapak tangan kanannya di depan wajah Alyka. Tubuhnya condong ke depan dengan tangan kiri bertumpu di meja.
Alyka mengerjap. Dia terkejut melihat Aulia berada di ruangannya. Masalahnya, tadi Alyka masih sendirian. Terakhir dia ingat, dirinya sedang membaca e-mail lewat ipad.
"Oh, Aul! Kok gue enggak dengar loe masuk?" Alyka mendorong kursinya maju. Lalu dia meletakkan ipad di atas meja. "Kenapa, Aul?"
Aulia menegakkan tubuh. Dia melipat kedua tangan di depan dada. Matanya menyipit curiga. Dia merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Sepulang dari Bali, Alyka seperti orang linglung. Tidak bisa fokus dan banyak melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomanceGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...