Malam, Dears!
Bab ini diketik dengan usaha yang begitu keras. Mengalami beberapa kali perubahan. Ketik, hapus, ketik, hapus, sampai gak dihapus lagi.
Jadi, harap maklum kalau lama update-nya, ya!
Semoga rasa penasaran kalian terpuaskan di sini. Atau malah tambah penasaran. Wkwkwk
Vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Alyka megap-megap tidak karuan. Dia menaikkan pandang, mencari keberadaan Eros yang tadi masih dalam satu ruangan. Dia ingin meluruskan maksud pesan yang tidak sengaja terkirim sebelum selesai dia edit. Namun, netranya tak menemukan pria itu.
"Alyka! Lo ngapain, sih, celingak-celinguk? Cari siapa?" Aulia menepuk pelan bahu kiri Alyka.
"Ha?" jawab Alyka linglung.
Dia bimbang antara harus mengejar Eros atau tidak. Bagaimana tidak, Alyka tahu risiko dari setiap pilihan. Dia belum ingin ketahuan, tetapi juga tidak bisa membiarkan Eros salah paham. Sudah cukup Naka yang melabelinya murahan. Jangan lagi pria lain yang notabene belum lama dia kenal.
Alyka biasanya tidak pernah ambil pusing apa kata orang. Akan tetapi, berkat perselisihannya dengan Naka, akhirnya dia sadar kalau yang sudah lama mengenal dirinya saja bisa menilainya buruk, apalagi yang baru kenal.
Namun, bukan berarti Alyka terobsesi memiliki citra baik. Dia cuma berpikir, selama penilaian buruk orang lain itu disebabkan keteledoran dirinya dan masih bisa diluruskan, maka Alyka berhak memberi penjelasan sebagai pembelaan. Kecuali mereka sekadar menggembar-gemborkan asumsi belaka. Sudah tentu Alyka malas berurusan dengan orang-orang yang memang suka berpikiran sempit. Toh pada akhirnya, rumor tetaplah akan menjadi rumor sampai tak lagi santer terdengar.
"Lo cari siapa?" Aulia menelengkan kepala, mengejar netra Alyka yang belum terfokus penuh padanya. "Ly, kenapa? Ada masalah? Lo kelihatan panik," cecar Aulia lebih lanjut ketika menangkap gerakan kaki Alyka yang tidak bisa diam.
Alyka tak menggubris pertanyaan Aulia. Dia sedang berkutat dengan ponselnya. Baru saja otaknya bekerja cepat untuk menyampaikan penjelasannya lewat pesan. Nanti dia berjanji untuk menjelaskan ulang secara langsung. Paling tidak, hal itu akan menyelamatkan harga dirinya yang tersisa.
Aulia melongokkan kepala, mengintip apa yang tengah Alyka lakukan. Kedua alinya lantas bergelombang. Sekilas dia membaca chatroom Alyka dengan kontak bernama Eros. Seingat dia, kemarin Alyka mengatakan kalau Eros itu adalah seorang kurir.
Mata Aulia menyipit penuh selidik. Dia menyadari ada yang tidak beres di sini. Memangnya ada kurir yang menanyakan pelanggannya ingin makan apa? Belum lagi jawaban ambigu Alyka dan tingkah panik sahabatnya itu saat mengetik balasan lebih.
Ghaitsa Alyka Putri
Jangan mulai!
Tadi belum selesai ngetik.
Tapi sudah lebih dulu terkirim.
I mean, aku nanti mau makan bareng Aulia.
Kamu enggak usah pikirin.
Have fun!Alyka menelungkupkan layar ponselnya yang sudah menggelap. Perlahan dia memutar tubuhnya menghadap Aulia yang sedang melipat tangan di dada. Sebelum mengucapkan sepatah kata, Alyka meremas jari-jemarinya sembari membasahi bibir bawah. Lidahnya mendadak kelu untuk sekadar melontarkan sebuah alasan yang kembali dibumbui kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomanceGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...