Pagi, Dears!
Malam kemarin nungguin, ya?
Hara ketiduran. Wkwkwk
Sebagai gantinya, Hara update buat nemenin kalian sarapan.
Bisa lebih rame dari bab sebelumnya, enggak?
Kalau rame, bolehlah Hara ngetik bab 30 dari sekarang buat nanti malam.
Gimana?
Siap?
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
"Oh, ini?" Alyka membasahi bibir bawahnya sekilas. Otaknya dipaksa berpikir cepat. Dia belum ingin berbagi apa pun dengan Aulia sekarang. Terlalu riskan. "Tadi gue ada pesan sesuatu, sih. Mungkin yang antar udah di depan. Makanya, dia ngehubungi gue."
Melihat Aulia menaik-turunkan kepala, Alyka sedikit lega. Itu artinya, Aulia percaya dengan alasan yang dia buat.
Alyka membiarkan Aulia dan keterdiamannya. Dia memilih membuka ponsel untuk mengirim pesan peringatan pada Eros agar tidak menghubunginya sembarangan. Namun, pria itu mengiriminya pesan lebih dulu.
Eros Bratadikara N.
Makan siang?
Aku di parkiran depan.
B 417 NKKening Alyka mengeriting. Eros mengajaknya makan siang bersama, tetapi pria itu sepertinya tahu menempatkan diri. Terbukti Eros tidak menemuinya langsung, melainkan membagi plat nomor mobilnya.
Alyka mengetuk-ngetuk layar ponsel dengan ibu jari. Dia sedang menimbang-nimbang ajakan Eros. Ada hal penting yang memang harus mereka bicarakan. Namun, Alyka kesulitan mencari celah untuk mengelabui Aulia. Salah bicara atau bertindak, sahabatnya itu tidak akan berhenti membombardirnya dengan pertanyaan yang memusingkan.
"Sejak kapan loe hobi nge-save nomor kurir, Ly? Setahu gue, loe paling malas nge-save nomor orang enggak jelas kayak gitu. Palingan loe angkat sebentar doang, enggak sampai disimpan segala."
Alyka menggeragap. Bibirnya membuka, tetapi hanya mendengungkan gumaman tidak jelas. Bola matanya bergerak-gerak tak tentu arah, mencari objek lain yang bisa dipandang selain netra Aulia.
"Hm? Ya ... karena biasanya, kan, gue pakai kurir random gitu. Jarang dapat kurir yang sama. Jadi, buat apa gue simpan nomornya? Sementara kalau kurir yang satu ini udah beberapa kali antar barang. Enggak enak juga gue kalau tiap tanya posisi, gue malah tanya nama dia melulu. Ya udah, gue simpan akhirnya."
Aulia memiringkan kepala. Matanya memicing lebih dekat. "Alyka, loe—"
Alyka tiba-tiba berdiri. Dia pura-pura sibuk mengetik balasan pesan. Dengan terburu-buru, dia meraih tasnya. Kemudian tungkainya mengayun cepat ke arah pintu.
"Gue cabut dulu, ya, Aul! Udah ditunggu buat ambil barang di bawah. Loe enggak perlu nunggu gue makan siang. Okay?" pamit Alyka sambil lalu.
Dia tidak tahan berada dalam satu ruangan lebih lama dengan Aulia. Jika tidak pergi sekarang, kemungkinan besar dia malah akan terperosok ke dalam pertanyaan-pertanyaan jebakan Aulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomanceGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...