FINDING CINDERELLA #30

20.5K 2.2K 111
                                    

Pagi, Dears!

Kemarin malam Hara cek vote-nya belum melebihi bab sebelumnya. Jadi, Hara batal update.

Pagi ini Hara pengin kasih hiburan buat teman kalian sarapan lagi.

Bakal rame lagi enggak?

Bisa melebihi bab kemaren enggak vote dan komentarnya?

Kalau bisa, sudah pasti tahu kan apa hadiahnya.

So?

Ready?

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian!

Happy reading!




















***














"Kamu beneran akan lama di Jakarta?"

Eros mengangguk. Dia menyetir dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain diletakkan di atas paha. Jari telunjuknya bergerak mengikuti ketukan irama lagu yang sedang mereka putar.

"Tergantung program TV kamu," jawab Eros.

"Program TV, kan, cuma tiga bulan. Net TV enggak kayak TV swasta lain yang suka manjang-manjangin program. Itu juga kita rencana mau curi start syuting biar ada cadangan episode yang tayang. Aku usahain cepat kelar. Nanti aku atur-atur lagi jadwal yang ada."

Eros menggumamkan kata oke sebagai jawaban. Dia tidak tahu banyak tentang cara kerja orang-orang di balik layar. Jadi, dia tidak memiliki wewenang untuk protes sekalipun dia mengenal produsernya langsung. Eros sadar kalau bukan dia seorang yang terlibat. Ada banyak pihak yang saling bekerja sama dan bekerja keras demi kesuksesan sebuah program.

"Tapi kamu enggak ada project apa pun, kan, selama tiga bulan ke depan? Takutnya prediksiku meleset dan berujung molor." Alyka menyorot Eros dari samping.

"Enggak ada." Eros menyalakan lampu sein. Dia menggunakan kedua tangan untuk memutar setir ke kanan. Setelah kecepatannya kembali stabil, dia meneruskan. "Terakhir aku pegang project jembatan gantung di Kalimantan. Belum ada project lagi. Ada, tapi bukan di daerah. Project kayak gitu bisa di-handle yang lain."

Alyka mencebik. "Pantas Mama Kaila sedih terus. Anaknya suka ilang-ilangan."

Tawa Eros menggema di udara. "Aku enggak ilang. Cuma lagi kerja. Kan cari duwit juga buat masa depan," elak Eros.

Alyka memalingkan wajah ke samping. Dia menatap gedung-gedung tinggi yang seolah-olah berlarian. Mimik wajahnya menyendu.

"Uang enggak akan pernah bisa menebus rasa kesepian. Apalagi rasa kesepian orang tua pada anaknya," ujar Alyka pelan.

Eros melirik Alyka. Bayangan keduanya terpantul di jendela, membuat Eros dan Alyka bersitatap dalam waktu singkat. Mengalihkan pandang kembali ke jalanan, benak Eros membenarkan. Oleh karena itu, dia tak memiliki jawaban untuk membalas Alyka.

Kata-kata Alyka terdengar bukan sekadar untaian tanpa makna. Getar suara Alyka berbeda. Tanpa perlu melihat arakan mendung di wajah Alyka pun, Eros tahu ada sesuatu yang mendorong Alyka mengutarakannya. Mungkin Eros menjadi pemicu utama, tetapi ada sesuatu yang lebih daripada itu.

FINDING CINDERELLA | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang