Malam, Dears!
Lewat tengah malam. Saatnya Cinderella pulang, yak!
Terima kasih buat doa kalian. Alhamdulillah jempol Hara sudah baikan setelah sempat mengerikan hari Kamis itu.
So, langsung saja, yuk! Ini pasti Hara kena demo karena sudah ditungguin dari tadi.
Maaf, ya. Ini bab panjang banget soalnya. Saran sih jangan dibaca. Kalau nekat ya sudah. Tanggung sendiri akibatnya, ya!
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Tidak ada yang bersuara sekadar memecah keheningan di antara keduanya barang sejenak. Alyka fokus membandingkan ruang obrolan miliknya dengan milik Aulia yang ada di ponsel Naka. Berkali-kali membaca dan memastikan, Alyka kian tak percaya.
Mengapa ruang obrolan mereka berbeda? Begitulah pikirnya.
Ingatannya melayang pada hari di mana tanggal terakhir di ruang obrolan Aulia tersemat. Di jam yang sama, saat itu sudah pasti dirinya sedang di bandara mengantarkan tunangannya. Kendati begitu, dia tak pernah merasa Aulia mengiriminya pesan. Satu pun tidak.
Lantas dia mulai meruntut apa saja yang sudah dia lakukan di bandara. Tidak banyak. Dia hanya duduk menemani Eros, lalu pergi ke toilet sebentar untuk mengosongkan kantung kemih. Waktu itu dia menitipkan ponsel dan barang-barangnya yang lain pada Eros. Mungkinkah?
Alyka memang menyadari keanehan mimik wajah Eros sekembalinya dari toilet. Eros melamun sampai tidak sadar akan keberadaannya. Alyka pikir, Eros hanya berat meninggalkannya, tetapi kini dia tahu alasannya. Semua menjadi lebih masuk akal sekarang.
Dalam chat-nya, Aulia menyinggung soal pemilik lipstik merah yang pernah Alyka tunjukkan ketika dirinya dan Eros bertengkar. Namun setelah itu, tidak ada bahasan lebih lanjut. Hanya ada voice note yang Alyka pun tidak tahu apa isinya. Jangankan menebak-nebak, dia saja tidak habis pikir mengapa Aulia kembali mengangkat persoalan lipstik merah tersebut.
"Ly, ini bukan lo kan yang balas?" Naka kembali mengulang pertanyaan sebelumnya.
Alyka menyerahkan kembali ponsel Naka pada empunya. Tak menjawab pertanyaan Naka kali kedua, dia melontarkan sebuah permintaan yang secara tak langsung menyiratkan jawaban.
"Naka, bisa lo hubungi Aulia untuk kirim ulang voice note dia?"
Nyaris mendesah kasar, jemari Naka bergerak melakukan panggilan pada nomor Aulia. Tidak perlu basa-basi, sepertinya Aulia pun mengerti kondisi.
Selang tiga menit, Alyka menerima voice note Aulia. Di segera memutar dan mendengarkan penjelasan Aulia yang memakan waktu tak kurang dari tujuh menit. Awalnya, raut wajah Alyka biasa saja. Namun, ketika Aulia mulai menyinggung sebuah nama, Alyka tak bisa memasang ekspresi lain selain ekspresi datar yang dibuat-buat. Apalagi ketika Aulia begitu menggebu-gebu menceritakan kembali sebuah kejadian yang mengarah pada si pemilik lipstik merah.
Lama mengenal Alyka, Naka tahu sahabatnya itu sedang berusaha menenangkan badai dalam hatinya. Alyka boleh saja bergeming tanpa reaksi berlebih, tetapi sorot mata wanita itu tak serta merta mudah ditebak.
Sekilas Naka melihat kabut ragu menyelimuti manik bening Alyka. Detik berikutnya, sorot mata Alyka pekat oleh sesuatu antara amarah dan kecewa. Entah mana yang lebih tepat diterkanya. Satu hal yang pasti, kealpaan reaksi Alyka saat ini mendenyutkan rasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomantizmGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...