Malam, Dears!
Pada nungguin?
Mana semangat kalian buat ending cerita ini?
Enggak, belum ending kok. Bab depan endingnya.
Bab 72 tadinya Hara mau pisah jadi 2 bagian. Karena kepanjangan, jadi mending Hara jadiin dua bab. Jadi cerita ini bakal ending di bab 73.
Sudah siapin jari buat komentar?
Jangan banyak tanya. Kalau ada masalah yang enggak ada jawabannya, itu artinya bakal dijawab di ending. Kalau masih belum ada juga, berarti ada di POV Eros di Additional Part 3 nanti. Belum ada juga, berarti solusi terakhir ada di Extra Part.
Yang enggak paham alurnya, mending baca ulang. Kesian enggak paham sendirian. Di ending enggak punya sandaran dan pegangan. Wkwkwkwk
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
"Kemarin Alyka menitipkan ini pada kami." Pradna meletakkan sebuah kotak kecil ke atas meja. Dia menggesernya mendekat ke arah Eros. "Mama enggak mau terima dan minta Alyka yang simpan. Tapi Alyka menolak. Akhirnya, Papa yang simpan."
Eros bergeming. Tidak ada kata yang perlu dia lontarkan lagi setelah menceritakan semua yang terjadi. Bibirnya terkunci. Melihat cincin yang dia berikan ada padanya kembali, seluruh indranya mendadak mati.
Dia menelan saliva getir. Dirinya masih belum percaya akan apa yang terjadi hari ini. Dalam hitungan detik yang singkat, Alyka sukses meruntuhkan mimpi-mimpi.
Eros ingin marah dan melampiaskan kecewa. Akan tetapi, dia serasa tak memiliki tenaga. Tidak ada satu orang pun yang bisa dia jadikan sasaran amukan. Karena kini semua percuma, menang dalam argumen pun tak lantas membuatnya menyandang gelar jagoan.
Pradna menatap Eros prihatin. Baru kali ini putranya itu terdiam seolah-olah tak lagi memiliki gairah hidup. Kelopak mata Eros yang pagi tadi mekar penuh binar, kini terlihat lelah dan cekung. Sinarnya meredup. Setiap tarikan berat napas Eros pun menyiratkan akumulasi perasaan yang sedang coba putranya tanggung.
Keyakinan dan kepercayaan Pradna kepada Eros sejatinya tak pernah luntur. Bukan karena dia tak mempercayai perkataan Alyka, Pradna hanya terlalu mengenal bagaimana watak sang putra. Lewat sorot mata, Alyka mengatakan kebenaran, tetapi Eros juga tak sedang menguntai kebohongan. Bisa dibilang, masalah keduanya terletak pada tak keselarasan sudut pandang.
"Untuk sementara, kamu balik ke Bali saja dulu. Tenangin pikiran. Siapa tahu setelah itu kamu bisa berpikir jernih dan mulai menerka ke mana kira-kira Alyka pergi."
Eros masih dalam posisi menjahit bibir. Namun, gerak mata dan mimik wajahnya cukup mewakili sebuah pertanyaan yang tak mampu terlontar.
Pradna duduk bersandar seraya menautkan jari-jarinya di atas perut. "Papa enggak bisa bantu kamu, Son. Kalau kamu masih mau memperbaiki kekacauan ini, kamu harus berusaha sendiri. Tuhan enggak akan mengabaikan hamba-Nya yang berusaha dan berdoa. Tapi selalu ingat, ada beberapa hal yang mutlak menjadi kuasa-Nya. Salah satunya tentang pasangan yang ditakdirkan Tuhan untuk kita."
Sekalipun memiliki kekuasaan, Pradna memilih menjadi pihak yang netral tanpa banyak berkomentar. Selain bertanggung jawab menenangkan rasa syok Kaila, dia juga tak memiliki hak untuk turut andil. Alyka telah membuatnya bersumpah. Terlebih dia tak mungkin menambah beban pikiran Kaila bila nekat membantu Eros diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
RomanceGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...