Sore, Dears!
Hara tuh pengin protes sama PLN. Kesel banget tiap hari pemadaman. Dan itu terjadi enggak satu kali dalam sehari. Waktunya juga enggak tentu. Jadi enggak bebas buat nyalain laptop.
But, ya sudahlah. Bab ini diketik dengan kondisi baterai ponsel tinggal 20%
Semoga diterimanya ya meski sedikit.
So, siapin jempolnya buat komentar yang banyak.
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
"Aul, kok lo ke sini enggak bilang gue dulu?"
Alyka masih belum pulih dari rasa kaget, tetapi dia mencoba untuk bersikap tenang. Dia tidak ingin memancing Aulia yang sama sekali tak terlihat penasaran. Lama berteman, Alyka jelas tahu gelagat sahabatnya itu. Aulia pasti marah karena selama ini dia bohongi habis-habisan. Di saat bersamaan, sahabatnya itu terlihat sedang merencanakan sesuatu.
"Bukannya gue sudah bilang kalau gue menginap di sini selama nge-handle kerjaan lo? Tempat lo lebih dekat daripada rumah gue yang di ujung timur soalnya."
"Lo enggak ada bilang, ya. Enggak usah ngaco!"
Aulia manggut-manggut santai menjurus tak acuh pada apa hal apa yang coba Alyka bahas.
"Oh, berarti gue lupa."
Alyka mengusap kening. Belum selesai masalahnya dengan Eros, sekarang dia harus berurusan dengan Aulia. Masalahnya, Aulia tidak akan melepaskannya semudah Eros sebelum wanita itu benar-benar mengorek apa pun.
Aulia memiringkan tubuh, melongok ke belakang Alyka. Dia melambaikan tangan yang sedang memegang sendok seraya berkata, "Hai, Eros! Atau masih mau gue panggil Nayaka?" Kemudian Aulia mengemut ujung sendoknya. Dia bergumam sebentar. "Jadi, lo ya kurir sama grab-nya Alyka selama ini?" celetuknya lagi, menunjuk Eros dengan ujung sendok.
Kepala Alyka berputar cepat. Matanya memelotot, tidak percaya kalau selama ini Aulia tidak bodoh seperti yang dia kira. Mendengar sebegitu yakinnya Aulia menyebut Eros sebagai kurir dan grab, tentu Aulia mengetahui sesuatu.
Berbeda dengan Alyka, Eros menyapa balik Aulia dengan ramah. Namun di detik berikutnya, tercetak lipatan-lipatan samar di permukaan glabela Eros. Dia menatap Aulia bingung.
"Kurir?" Eros tahu soal grab yang Aulia maksud. Dia pernah mencuri dengar percakapan dua wanita itu saat di ruang meeting beberapa waktu lalu. Akan tetapi, dia sama sekali buta soal kurir yang Aulia singgung.
Sebelum Aulia menjawab, Alyka berjalan mendekat dengan langkah cepat. Dia memutari sofa, berdiri di belakang Aulia. Refleks, dibungkamnya mulut Aulia dengan sebelah tangan.
"Bukan apa-apa." Alyka menjawab pertanyaan Eros sembari menyengir tidak enak. Dia lantas menunduk, membalas tatapan Aulia yang sedang menengadah padanya. "Iya, kan, Aul?" sambungnya. Tak lupa menggantungkan senyum yang dibuat-buat.
Aulia menepuk-nepuk punggung tangan Alyks yang membekap mulutnya. Dia berontak dengan gumaman tidak jelas. Engap karena Alyka tak kunjung melepaskan, akhirnya dia nekat menjilat telapak tangan sahabatnya itu.
Alyka langsung menarik tangannya. Dia menatap kesal Aulia yang menurutnya sudah melakukan hal yang jorok. Telapak tangannya basah oleh liur dan terasa dingin setelah bersentuhan dengan ujung lidah Aulia. Wajar, sahabatnya itu menandaskan satu mangkuk es krim.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING CINDERELLA | ✔ | FIN
Roman d'amourGhaitsa Alyka Putri mencintai sahabatnya, Naka Antasena. Sementara Naka dengan riang mengatakan telah melamar Jihan Fakirah. Tak terbayang betapa remuknya hati Alyka walau susah payah menyunggingkan senyum bahagia demi ikut merayakan hari bahagia Na...