FINDING CINDERELLA #44

18.2K 2.4K 283
                                    

Menjelang tengah malam, Dears!

Wah ...

Mana nih yang pada semangat nungguin update-an? Coba absen dulu di sini! Kalian lagi di mana?

Langsung saja, ya.

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!











***











Ada jeda sebentar di antara mereka. Keheningan menjadi pengantar suasana awkward. Banyu menatap putrinya intens diliputi kecurigaan. Sementara Alyka tertawa kaku sembari menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga.

"Papa ini ngomong apa, sih!" bantah Alyka. Dia yang tadinya membuang tatapan ke arah lain, kini memberanikan diri menatap mata elang Banyu. Tahu Banyu masih menatapnya penuh selidik, Alyka mengembuskan napas panjang. Pipinya menggembung kesal. "Pa, sudah dong bercandanya! Ini mulai enggak lucu."

Eros mengulum bibir. Dia menahan tawa melihat Alyka pura-pura merajuk. Alyka sedang malu. Eros tahu itu. Rona merah di kedua pipi Alyka tak bisa menipu. Belum lagi tawa dan sikapnya yang jelas sangat kikuk.

Di saat bersamaan, wanita yang sedang malu-malu kucing itu sangat menggemaskan di matanya. Sebisa mungkin, dia mengendalikan diri agar tidak nekat menarik Alyka, lalu mendaratkan banyak kecupan di setiap jengkal wajah lucu wanita itu. Bagaimanapun, dia tetap harus menjaga wibawa di depan Banyu.

Banyu menaikkan sebelah alis. Dia menangkap sesuatu yang berbeda dari putrinya itu. Dia tergelitik untuk menggoda Alyka.

"Benarkah?" tanyanya dengan nada tak percaya.

"Pa ...." Alyka memohon untuk menyudahi pembahasan tersebut.

"Papa cuma pengin tahu, Alyka. Karena baru pertama kali kamu bawa pria ke hadapan Papa." Banyu melirik Eros sejenak sebelum kembali melarikan manik matanya kembali pada Alyka. "So, what's wrong when I thought that there's something with you both. Right?"

Melihat Alyka tersudut, Eros menginterupsi pembicaraan ayah dan anak itu. Selain ingin menyelamatkan Alyka, dia merasa mendapat kesempatan untuk mengenalkan diri sebagai seorang pria. Biar saja dia melanggar kesepakatan awalnya dengan Alyka. Apa yang dilihat mata, sudah cukup membubungkan keberanian Eros untuk menerobos setiap batas yang Alyka buat.

"Maaf, Pak. Perkenalkan," Eros mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Banyu. "Saya Eros Bratadikara Nayaka. Saya—"

"Teman!" serobot Alyka, membuat kedua pria itu menoleh padanya. Alyka menatap Banyu dan Eros bergantian. Dia tersenyum kikuk sembari menggigit bibir bawahnya. "Dia teman Alyka, Pa. Cuma teman. Iya, kan, Eros?" Alyka meminta konfirmasi Eros lewat gerakan mata.

Banyu bergumam seraya mengangguk-angguk seakan-akan percaya. Walaupun putrinya menyangkal, Banyu yakin ada yang Alyka sembunyikan. Belum lagi Eros yang tak menyahuti pertanyaan Alyka. Wajah pria muda di hadapannya jelas berniat mengungkapkan kejujuran.

"Pak, kalau gitu saya pulang sekarang. Ningsih sejak tadi sudah mengirimi saya pesan untuk segera pulang." Mang Tarjo menyela ketiganya.

"Oh, sudah mau langsung pulang? Jadi cuti dua hari?"

"Iya, Pak. Kalau Bapak mengizinkan."

Banyu tertawa lepas. "Tentu saja boleh. Taoi dengan satu syarat. Kamu harus bawa mobil saya, ya, Tarjo. Saya juga lagi enggak butuh. Ada Alyka juga di sini. Kalau mau ke mana-mana, biar nanti teman Akyka yang antar saya." Banyu sengaja memberi tekanan nada pada kata teman untuk menggoda Alyka. Dia merangkul pundak putrinya itu sehingga keduanya berdiri bersisihan.

FINDING CINDERELLA | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang