FINDING CINDERELLA #66

14K 2K 283
                                    

Malam, Dears!

Lama ya nunggunya?

Maaf karena Hara ngetiknya pakai telunjuk doang. Jempol lagi ngejendul sakit nyut-nyut. Jadi agak lamaan ngetiknya.

Yow! Tim gercep banget kalian tuh. Padahal sebelumnya butuh 2 hari biar 1k votes. Hara pikir malam ini enggak bakal nyampe dan libur update. Ternyata ...

Kuy lah!

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!







***




Pukul setengah sembilan malam Eros baru selesai meeting. Dia memutuskan kembali ke kantor. Dia takut dokumen-dokumen penting yang baru ditandatanganinya terbawa. Selain itu, masih ada dokumen lain yang butuh diperiksa.

"Masih balik ke sini saja lo? Bukannya istirahat. Mau nikah malah kerja keras banget." Edo membuntuti Eros. Dia tak sengaja melihat Eros ketika keluar dari pantry.

"Ya enggak gitu, Bang. Banyak yang mesti dikerjain. Lusa gue kudu balik. Gue enggak mau ada masalah lain," jawab Eros sembari menata dokumen yang dikeluarkannya di atas meja.

Edo menyimpan bokong di tepi meja. Sebelah tangannya membawa secangkir kopi. Tangan yang lain sibuk mengaduk.

"Tadi meeting sama Pak Susilo lancar?"

Eros mengangguk sambil lalu.

"Proyek villa di Lombok jadi dia tarik apa gimana? Soalnya selama ini dia rewel kalau bukan lo sendiri yang nangani."

"Enggak jadi dia tarik kok. Tenang saja. Gue sudah kasih dia pengertian. Dan dia bisa maklum soal gue yang lagi sibuk mau nikah. Gue juga sudah rekomendasiin lo biar lo yang megang proyek ini, Bang. Dia setuju-setuju saja akhirnya." Eros mendongakkan wajah, membalas tatapan Edo. "Tolong nanti lo urus, ya, Bang!"

"Oke," jawab Edo singkat. Dia menyeruput kopinya dengan kening berkerut. Tiba-tiba dia ingat satu proyek lagi yang masih ada kepastian. "Soal proyek pemerintah di Jambi, gimana?"

Eros mengempaskan tubuh ke sandaran kursi. Dia meraup wajah dengan kedua tangan. Kemudian tatapannya jauh mengawang-awang.

"Menurut lo kita ambil atau enggak, Bang? Meski sudah nolak di awal, kayaknya mereka tetap nunggu kita yang ambil proyek itu. Sampai sekarang mereka masih sering ngehubungin gue minta gue pertimbangin keputusan lagi."

Edo meniup permukaan cangkirnya pelan. Dia menghirup aroma kopi yang menenangkan. Seketika otaknya jalan.

"Ambil saja. Proyek pembangunan pelabuhan, kan?"

"Kalau kita ambil, siapa yang bakal handle itu proyek? Gue enggak mungkin ninggalin bini gue nanti. Mana baru anget-angetnya jadi pengantin baru, masa sudah gue tinggal berbulan-bulan," celetuk Eros gusar.

Untuk beberapa saat, Edo tak menjawab. Dia kembali menghidu uap dari cangkirnya. Perkataan Eros tidak salah. Akan tetapi, hanya ada satu solusi untuk mengatasi masalah ini tanpa merugikan pihak lain. Win-win solution.

"Gimana kalau kita switch? Lo ngurusin proyek villa di Lombok, sementara gue yang berangkat ke Jambi? Hitung-hitung lo bisa bawa bini lo bulan madu sekalian. Lo masih belum ada rencana bulan madu ke mana, kan?"

FINDING CINDERELLA | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang