29

25 4 0
                                    

"Olif gak mau duduk sama Jei." Gadis berkepang dua tampak memindahkan tasnya, berjalan kebangku belakang yang kebetulan kosong. Meninggalkan seorang gadis bule terdiam ditempatnya.

Viona menatap interaksi dua sahabatnya itu, sahabat? Heh setelah apa yang dilakukan Jei apakah Viona masih menganggapnya sebagai sahabat, tentu iya.

"Pagi anak-anak." Salam seorang guru yang membuyarkan lamunan Viona.
Selanjutnya diisi dengan pelajaran dari Pak Joko.
••

Viona berjalan dengan Ale dan Olif di samping kiri dan kanannya, Jei telah pergi keluar kelas lebih dulu dari mereka. Viona hendak mengejarnya namun langkahnya tadi dihalangi oleh Ale.

"Babe.." Teriak Jaff dari arah berlawanan menuju Ale dengan nada mendayu. Terlihat Dirga dan yang lainnya disana.

"Ck." Ale berdecak pelan. Sudah cukup selama ini dirinya dijadikan rolercoster oleh Jaff, perasaannya dimainin satu cowok diterbangkan dibanting kadang dibuang diinjak-injak terus dicariin kalo lagi bosen.

"Mau kemana?" Tanya Jaff. Ale hanya memutar bola matanya malas tanpa mau berniat menjawabnya.

"Cang kacang kacang kacang panjang!" Ledek Deon dengan wajah tengilnya.

"Diem lo!" Ucapnya tajam membalas ledekan Deon, Jaff kembali menatap kearah sang pujaan hati.

"Kamu kok kasar sih babe, gak suka ya aku kamu kayak gitu." Ujar Jaff mendekat kearah Ale.

"Gue gak minta lo buat suka sama gue. Gue hidup juga bukan buat bikin lo terkesan." Balas Ale.

"Keliatannya ada yang udah muak sama playboy cap teri MP." Pancing Gino yang dihadiahi tatapan tajam dari Jaff.

"Udah deh, berisik tau gak." Viona mendengus, ia tak ingin mendengar ucapan absurd teman-temannya lagi.

Ale pun berpindah tempat, berjalan kebelakang Viona menghindari dirinya berdekatan dengan Jaff.

Dirga menggenggam tangan Viona mengajaknya dan juga yang lain agar mengikuti langkahnya kekantin, mengisi perut mereka yang sudah berdemo meminta makan.

"WOI CUPU!" Teriak Jaff pada seorang anak yang memakai kacamata besar dan celana jojon tepat saat mereka mendudukan diri pada meja kantin.

"Pesenin gue sama temen-temen gue makanan."

"Woi lorang pada mau makan ape?"

"Lo—pergi sana. Jangan hirauin suruhan Jaff." Perintah Viona pada anak yang dipanggil oleh Jaff tadi.

Anak itu tampak gugup entah harus mengikuti perintah Viona atau Jaff, karena anak itu yang terus diam membuat Viona berdesis pelan.

"Sana pergi!" Ucapnya sedikit mendorong bahu anak itu membuatnya pergi menjauh dari meja mereka.

"Vi argh kenapa?" Tanya Jaff dengan muka memelas.

"Jangan nindas mereka yang kayak gitu. Seharusnya kalian itu ajak mereka supaya punya temen, punya kehidupan remaja yang berwarna jangan malah disuruh-suruh, dibully. Gak jelas." Ujar Viona, Dirga hanya terkekeh dan mengusap lembut rambut Viona. Tak ada yang berani menjawab dan membantah, bukan takut pada Viona tapi pada Dirga.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Dirga. Viona menggeleng.

"Aku lagi gak napsu makan." Balas Viona.

"Kalo liat cogan napsu gak Vi." Deon berujar seraya menaik turunkan alisnya.

"Napsu dong, ehh." Viona lantas menutup mulutnya dan tertawa, melihat wajah Dirga yang kembali datar menandakan kalau lelaki itu tak senang akan ucapannya tadi.

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang