27

32 6 2
                                    

"Ini. Gue dapet dari laci nya Viona, dia tadinya mau buang tapi untung gue pinter." Jelas Jaff sembari menyodorkan ponselnya kearah Dirga dkk.

"Eebusettt itu sampah boy isinya." Ucap Deon melihat hasil jepretan Jaff tadi.

"Kenapa dia gak bilang sama gue?!" Tanya Dirga tajam.

"Lo tau sendiri lah Dir. Namanya juga cewek." Ucap Gino.

"Ini ada suratnya juga." Jelas Jaff lalu menggulirkan layar ponselnya.

"Pengrusak juga harus rusak. 10.05.09 MXJ" Baca Deon melihat isi surat itu.

"Gue rasa pengirim kotak ini ada sangkut pautnya sama kejadian waktu kepala Viona kena pot bunga." Ucap Arjuna yang diangguki teman-temannya.

"Bisa jadi sih. Tapi siapa ya?" Deon memegang dagunya seraya berucap.

"Viona punya musuh?" Tanya Arjuna. Yang dijawab gelengan oleh Deon.

"Gak ada tuh. Viona kan baik mana punya musuh." Balas Deon yang langsung dihadiahi pukulan telak dari Gino.

"Arjuna nanya Dirga, monyet. Bukan elo!" Ucap Gino, Deon hanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dan menyengir kuda.

"Sera." Ucap Dirga.

"Sera itu temen Viona dari kecil, mereka bisa kayak sekarang ngejauhin Viona karena Sera cemburu sama kita. Menurut Sera, Viona udah gak main sama dia lagi karena lebih asik main bareng kita." Jelas Dirga.

"Kita jangan gegabah. Kita gak bisa nuduh Sera tanpa bukti yang kuat." Ucap Jaff.

Mereka tampak diam, Deon dan Gino saling melihat satu sama lain lalu menaikan bahu. Arjuna tampak memperhatikan interaksi antara Deon Gino yang tak berbobot itu dengan pandangan datarnya. Jaff kembali menggulirkan ponselnya melihat foto dari surat itu.

"Gue tau siapa pelakunya. Kita cuma perlu cari bukti lain, ngejebak dia dan buat dia ngaku." Ucap Dirga tajam, tampak ada aura gelap yang menyelimutinya, aura kejam yang tak pernah ia tunjukan pada siapapun kecuali pada anggota gengnya Dark.
••

Suara bel tanda istirahat berbunyi beberapa saat yang lalu, Viona dkk tengah asyik mengobrol di kantin padahal mereka belum memesan satu makanan pun.

"Cape deh harus ditarik ulur perasaannya sama cowok." Curhat Ale sambil memainkan setangkai mawar dari Jaff yang ada di kolong laci kelasnya.

"Sakit sih jadi Ale, hahahaha. Kukira satu-satunya ternyata salah satunya." Ejek Olif, Viona pun lantas tertawa, Jei hanya tersenyum mendengarnya.

"Woi!" Gebrak Deon pada meja Viona dkk. Dirga dan yang lainnya tampak duduk di meja yang sama.

"Apasih Deon, caper." Sinis Viona, Deon hanya menyengir dibuatnya.

Dirga tampak memperhatikan sekelilingnya begitu juga dengan Arjuna. Tak ada yang mencurigakan ternyata dia bermain dengan sangat rapih.

"My baby Ale. Gimana bunga dari aku?" Jaff menghadap kearah Ale dan menaik turunkan alisnya menggoda.

"Adik kelas 10 Ipa 2 mau dikemanain Jaff." Ledek Deon, mendengar penuturan itu Jaff langsung kelabakan sedangkan Ale memutar bola matanya malas.

"Disini hati bukan taman kanak-kanak, jadi kalo mau main-main jangan disini." Ale berucap seraya melempar bunga mawar kearah Jaff dengan sebal.

"Hayolo Jaff anak orang ditangisin bapaknya panjang kumis—"

"Bapak gue gak kumisan ya anjir!" Ale memotong ucapan Deon dengan sinisnya.

"Kalian belum pada mesen?" Tanya Dirga.

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang