19

49 11 0
                                    

"Happy birthday Viona" tepat saat Viona menapakan kakinya di koridor kelas 11 ia dikagetkan dengan ucapan ulang tahun dari Revan.

"Thank you, Van" balas Viona tersenyum manis.

"Kaki lo sakit?" tanya Revan. Viona tampak menggeleng heran menjawabnya.

"Bisa jalan?" lagi, Viona menjawabnya dengan anggukan.

"Yuk kapan? Pulang sekolah?" Viona terkekeh geli mendengar Revan berucap demikian.

"Nanti gua kabarin ya" Setelah dipastikan Revan setuju akan ucapannya Viona kembali melanjutkan perjalanannya, ke kelas.

Sesampainya dikelas ia dikagetkan dengan keadaan kelas yang sangat ramai.

"Eh neng Vio udah dateng" sapa si pembuat ulah, Deon. Viona hanya tersenyum menanggapinya.

"Kenapa?" tanya Viona pada Ale kala melihat ramai anak kelas lain di kelasnya, padahal belum bel masuk.

"I don't know Vi, Jei dateng-dateng gak kaya biasanya, dia diem aja, diajak ribut sama Deon juga gak nanggepin" Jelas Ale.

Viona tampak menatap Jei yang tengah dikelilingi teman-temannya. Tampak mata sang gadis yang membengkak akibat kebanyakan menangis, entah karena apa Viona belum mengetahuinya.

Viona tampak menyentuh lembut bahu Jei, "Jei, are you okay?" tanyanya. Sang empunya hanya mengangguk dan kembali menatap lurus kedepan tak menanggapi lebih.

"Guys, mending kalian bubar. Deon, Jaff, Gino kalian balik ke kelas gih sana" Viona tampak menatap sekitarnya dan meminta yang lain untuk tak berada di dekat Jei.

Tepat beberapa saat itu bel masuk berbunyi, mereka kembali ke aktivitas masing-masing, duduk dan menunggu guru pengajar datang. Melupakan Jei dan segala kesedihannya yang ia pendam.
••

Bel istirahat berbunyi, Jei tampak tak bergeming dari posisinya. Tak seperti biasanya, tampak ada yang disembunyikan oleh gadis itu.

"Jei, kalo lo lagi ada masalah cerita ke kita" ucap Viona.

"Iya Jei, kita kan best friend " timpal Olif yang diangguki Ale

Jei tampak menatap ketiga sahabatnya seraya tersenyum dan menggeleng. Menambah kekhawatiran bagi Viona.

"Its ok kalo lo masi belum bisa cerita" Viona tersenyum tulus dan mengusap lembut bahu Jei.

"Jangan lo pendam sendiri Jei. Kita ada disini, jadi sahabat lo. Buat jadi pendengar yang baik, buat bantu masalah lo" Ale berucap dan merangkul bahu Jei. Olif tampak memeluknya dari belakang.

Sedangkan Jei hanya tersenyum "Makasih ya" ucapnya.

"Kantin yuk" ajak Olif memecah kecanggungan.

"Yuk. Yuk Jei" ajak Viona. Jei tampak menggeleng tanda tak mau. "Mau nitip apa? Nanti gua beliin" lanjut Viona bertanya. Lagi, Jei pun menggeleng.

Viona tampak menghela napas dan tersenyum. Viona, Ale dan Olif pun menuju kantin, meninggalkan Jei sendiri.

Ditengah perjalanan menuju kantin diisi dengan obrolan ringan Viona, Ale dan Olif. Sesekali mereka menyahut siswa-siswi yang menyapanya.

Terlihat seorang siswi yang berdiri di balkon pembatas dari lantai dua (fyi, kantin ada di lantai satu). Sang cewek itu tampak tersenyum manis memperhatikan Viona dan Ale yang tengah berjalan bersisian.

Tak lama setelah itu terdengar suara benda jatuh yang menimbulkan suara cukup nyaring. Setelah itu sang cewek itu pergi dari sana.

Brak!

"AAA—AA!" Teriak Ale melihat pot bunga yang terjatuh tepat mengenai kepala seseorang yang berada di sebelahnya, Viona.

Viona terjatuh dengan posisi duduk dan memegangi kepalanya, pusing menyerang dan penglihatannya nampak kabur. Terlihat darah segar mengalir dari kepala Viona.

"Awsshhh" Viona meringis merasakan nyeri yang menjalar.

Akibat teriakan nyaring dari Ale tadi mengundang siswa-siswi yang berlalu lalang untuk mendekat dan ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Vi! Lo gak papa?" Ale merangkul bahu Viona, berjongkok dan mendekati sahabatnya itu. Sedangkan Olif tampak membersihkan tanah yang tumpah mengenai seragam Viona. Viona masih tampak memegang kepalanya yang terus mengeluarkan darah.

"Minggir anjing!!!" Seorang lelaki membelah kerumunan yang mengelilingi Viona.

"Vi-o" Napas lelaki itu tercekat. Dirga, ia mendapat berita dari salah satu anggota dark. Dirga saat itu tengah berada di rooftop bersama teman-temannya.

Dirga langsung saja mendekat kearah Viona, ia lantas menggendong kekasihnyanya itu ala bridal style menuju uks untuk dapat penanganan. Diikuti Ale, Olif dan Dirga cs dibelakangnya.

Sesampainya di uks Viona dibaringkan dan mendapat penanganan dari dokter yang memang ditugaskan sekolah untuk melayani siswa-siswi SMA Merah Putih.

Dirga tampak cemas melihat kondisi Viona, sedangkan teman Dirga yang lainnya tak tau pergi kemana. Ale tepat berada disamping Viona yang tengah di obati oleh sang dokter.

Saat sang dokter berbadge Dr. Pritabuana menyelesaikan penanganan nya pada Viona ia lantas berujar demikian,

"Syukulah darah yang keluar dari kepala teman kalian ini tidak terlalu banyak, dan saya masih sanggup menanganinya. Jika tidak akan terjadi hematoma subdural. Nah, saat terjadi hematoma subdural atau perdarahan subdural, darah berkumpul di antara dua lapisan, lapisan arachnoid (atas/luar) dan lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini cukup membahayakan dan membutuhkan pertolongan cepat. Hematoma akut bisa mengakibatkan tekanan tinggi di dalam tengkorak (tekanan intrakranial). Hasilnya adalah timbulnya kompresi dan kerusakan jaringan otak dan bisa mengarah pada kematian. Untuk itu, Viona kamu mulai sekarang harus lebih hati-hati lagi ya, jaga sekali kepala kamu. Hindari hal seperti ini terulang kembali." jelasnya panjang lebar. Viona hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada sang dokter.

Setelah dokter itu keluar dari bilik tidur tempat Viona, tampak Jei dan teman-teman Dirga memasuki baliknya.

"Vi, lo gak papa? Kenapa bisa?" walaupun ia mungkin tengah dalam suasana tidak baik-baik saja, Jei tetap khawatir akan sahabatnya ini. Olif tampak berkaca-kaca dan mengusap-usap tangan Viona dari samping.

Viona tersenyum dan menggeleng "Gak papa".

"Kita udah ngecek ke ruangan cctv tapi cctv di lantai dua tepat tempat pot itu ada, mati. Dan lewat cctv yang ada di bagian lain cuma keliatan sedikit, ada seorang cewek yang sengaja ngelempar pot ini kearah Viona. Tapi muka nya kita gak bisa liat, cctv nya gak bisa nyampe ke bagian muka, cuma sebatas dada kebawah." Jelas Gino serius menatap kearah Dirga. Dirga tampak mengepalkan tangannya kuat, terlihat marah.

"Kita harus cari tau secepatnya. Siapa yang berani-beraninya ngelakuin ini" ucap Jaff diangguki yang lainnya tapi tidak dengan Viona.

Tbc..








Menuju konflik, wkwk.

Bisa tebak gak siapa yang ngelempar pot bunga?

Siswi iseng?

Salah satu anggota geng morir?

Sera?

atau,

Salah satu dari mereka (Ale, Jei, Olif, Dirga, Arjuna, Deon, Jaff, Gino).

Selamat menebak guys!

Jgn lupa vote&coment, walaupun sebenarnya gak ada yg baca cerita ku ini hm :)

Jgn lupa bahagia <3

see u next part❤

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang