"Saya dan teman-teman saya mau tanding basket sama dia!" Tunjuk Dirga pada Revan, membuat keempat temannya melongo.
"Serius Dir? Gua gak bisa maen basket anying" Deon terlihat histeris, pasalnya ia hanya bisa berkelahi saja dan bermain futsal. Tidak untuk basket.
"Dir jangan aneh-aneh dah lo" Ucap Gino. Walaupun ia bisa tapi kaget dong tiba-tiba diajak main, mana lawannya si Revan dan ditonton dua kelas secara langsung.
Sedangkan si Revan hanya tersenyum sinis melihatnya.
"Gimana Radit?" Tanya pak Maul pada Radit regu dari kelas Viona yang tengah bertanding dengan Revan tadi.
Oh tentu saja Radit akan setuju karena ia takut pada Dirga. Terlebih lagi Radit bagian dari dark.
"Silahkan pak. Kalo Dirga mau main." Ucap Radit.
Pak Maul tampak menghela napas kasar, ada saja tingkah anak donatur terbesar sekolah ini.
"Yasudah, kalian atur, saya akan pantau dari sana. Tapi ingat ya! Tepat saat bel pergantian pelajaran berbunyi kalian harus sudah menyelesaikan pertandingan ini!" Ucap Pak Maul lalu pergi dan duduk di pinggir lapangan, duduk pada kursi yang disediakan khusus untuk guru olahraga.
"Lo! Jadi umpire." Ucap Dirga pada Radit. Dalam permainan bolabasket, jumlah wasit yaitu sebanyak dua orang terdiri dari wasit utama (pertama) yang disebut referee dan wasit kedua atau pembantu yang disebut umpire. Sedangkan yang menjadi referee adalah pak Maul.
Sedangkan Viona tampak menatap kesal pada Dirga. Bisa tidak sih Dirga itu gak tebar pesona, kira-kira seperti itu rutukannya. Karena siswi-siswi kelas Revan yang harusnya mendukung regu Revan malah berbalik mendukung regu Dirga. Menyoraki nama Dirga, Arjuna dan Jaff. Kenapa? Karena wajah tampan Dirga dan Arjuna, kalau Jaff? Mungkin salah satu siswi itu ada yang jadi korban ke- playboy - an Jaff.
"Ada-ada aja" Gumam Ale melihat tingkah Jaff yang disemangati oleh siswi-siswi malah dadah dadah melambaikan tangan bak seorang selebriti.
Tuk!
Radit memantulkam bola basket dan langsung diterima oleh Revan dengan mudahnya. Revan kemudia mendribelnya menuju ring regu Dirga.
Tampak Deon yang planga-plongo entah tak tau ingin melakukan apa. Ia yang tepat berada di depan Revan pun lantas memiliki sebuah ide cemerlang.
Tiba-tiba bola yang dipegang oleh Revan pun terlepas dan entah terlempar kemana. Revan terjatuh, memegangi tulang keringnya akibat tendangan dari Deon. Kan sudah dibilang Deon hanya tau cara menendang, bukan mendrible.
Bunyi peluit pak Maul menghentikan gerakan mereka, pak Maul tampak mendekat kearah mereka.
"Deon! Kamu sudah ngelakuin pelanggaran dalam bola basket Flagrant Foul yang artinya menciderai lawan. Keluar dari tim sekarang juga." Ucap pak Maul.
"Lah? Ya mangap pak saya taunya main futsal bukan main basket." Deon tampak biasa-biasa saja mengucapkannya seperti tak habis membuat anak orang terjatuh.
Pak Maul hanya menatap kesal anak muridnya itu "Dibantu Revan nya. Ganti pemain cadangan buat Revan." Ucap Pak Maul.
"Gak usah pak. Saya masih bi—awsssh!" ucap Revan. Dirga yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas .
"Sudah kamu kembali ke pinggir lapangan. Permainan silahkan dilanjutkan." Ucap Pak Maul.
Revan tampak menatap tajam Dirga sebelum ia pergi meninggalkan lapangan.
Permainan pun dilanjut dengan regu Dirga yang berisikan empat orang. Tapi tak perlu khawatir karena mereka tanpa Deon pun malah jauh lebih baik, Deon kan tak berguna.
Pertandingan dimenangkan oleh regu Dirga , tentu saja. Regu Revan tak bakal berani melawan Dirga, apalagi kini tak ada Revan, tak ada yang bisa diandalkan.
Revan tampak berdecih dan melihat Dirga yang tersenyum remeh kearahnya. Dengan perasaan kesal ia meninggalkan lapangan dengan jalan yang tertatih-tatih.
Viona menatap wajah Dirga yang tepat berdiri didepannya, keringat bercucuran membuat baju yang ia pakai basah, karena Dirga tak memakai baju olahraga.
Dirga pun tersenyum geli melihat kekasihnya yang sepertinya tampak kesal padanya.
Dengan masih menatap Viona lembut, Dirga membuka satu persatu kancing bajunya, membiarkan bajunya tak terkancing dan menampilkan perut sixpack nya.
"Dirga!"
"Meresahkan anjir si Dirgaa!"
"Dirga jangan bikin jiwa pelakor gua bergejolak ya!"
"Rahim ku anget Dir!"
Tak menghiraukan teriakan dari para siswi yang masi berada di lapangan, Dirga tampak ingin membuka bajunya.
Viona lantas menahannya, mengancingi kembali baju Dirga dengan tangan lentiknya.
"Viona lo mengganggu gua yang lagi melihat ciptaan tuhan!"
"Yaelah pawangnya ngamok tuh!"
"Dah bubar-bubar, gak ada roti sobek!"
Telinga Viona memanas mendengar kekasihnya yang begitu sangat diidamkan oleh siswi MP. Ia menatap Dirga tajam, terlihat wajah Dirga tampak menyebalkan dimatanya.
"Panas sayang, kenapa kamu kancingin lagi?" Tanya Dirga.
"Kegatelan!" Ucap Viona tajam, Dirga hanya terkekeh dan membawa Vionadalam dekapannya.
"Ih bau tau. Sana-sana jangan deket-deket." Viona tampak melepaskan diri dari Dirga.
"Yuk, cabut. Bentar lagi bel pergantian pelajaran." Ajak Viona pada teman-temannya.
Viona cs pun pergi dari hadapan Dirga, meninggalkan Dirga cs disana.
"Kantin?" Tanya Arjuna.
"Gasskeun!" Teriak Deon.
Dasar, anak nakal. Bukannya kembali ke kelas malah kekantin.
Tbc..
![](https://img.wattpad.com/cover/262408884-288-k508039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✔
Novela Juvenil[ PART AWAL MEMANG TIDAK JELAS KARENA SAYA BELUM MENGERTI BAHASA KEPENULISAN, SILAHKAN BACA HINGGA PART AKHIR ] "Jika harus melepasmu, aku ingin melepasmu baik-baik. Seperti awan yang melepas hujan." 🚫 cover edit by me 🚫 cerita tidak jelas 🚫 baha...