Tampak seorang gadis yang masih bergulat diatas ranjangnya, menutup matanya rapat dengan keadaan kamar yang sangat terang karena hari sudah siang.
Dia, Viona semalam setelah pulang pukul 4 dini hari dari pesta ulang tahunnya yang dirayakan oleh mami, pacar, dan teman-teman nya ia langsung tidur hingga jam menunjukkan pukul 11 pagi.
Tampak pria paruh baya memasuki kamar Viona, ia tersenyum melihat anak gadisnya yang masih tetap pada posisi tidurnya.
Pria itu lantas menutup kembali pintu kamar Viona pelan, tak ingin membangunkan anaknya yang masih lelap berada di alam mimpi.
Pria itu turun, duduk dimeja makan dalam diam, ia memperhatikan Gita yang sedang memasak makanan di dapur, ia sedikit melamun memikirkan keadaan keluarga kecilnya, yap pria paruh baya itu adalah Ricko - papi Viona.
Ia baru datang kerumah tadi pagi dan langsung menemui Viona tetapi anak gadisnya itu masih tidur.
Terlihat Gita berjalan kearah meja makan dan menyiapkan makanan dihadapan Ricko ia mulai mengambil posisi duduk didepannya. tak terlihat ada sepatah kata pun yang keluar dari kedua orangtua Viona ini. Mereka tampak diam. Entah Gita maupun Ricko keduanya tak ada yang mau memulai percakapan.
"Papi!" lamunan kedua orangtua itu buyar ketika mendengar suara anak gadis kesayangan mereka yang terburu-buru turun dari tangga dengan masih memakai baju tidurnya.
"Jangan lari-lari Vi" ucap Gita memeringati, karena ia tak ingin Viona berakhir dengan lututnya yang mencium lantai
Grep!
Viona lantas memeluk papinya itu dengan erat, Ricko pun membalas pelukan pada anaknya itu tak kalah erat.
"Selamat ulang tahun kesayangan nya papi" ucap Ricko melepas pelukannya dan mengusap pelan kepala Viona.
"ih papi nyebelin, kenapa jarang pulang sih" Berpura-pura tak tau apa yang sebenarnya terjadi Viona sengaja mengucapkan itu.
"Banyak kerjaan sayang" balas Ricko tersenyum paksa.
"Mana" Viona tampak menyodorkan tangannya seperti meminta sesuatu pada papinya itu.
"Mana kado Vio" lanjutnya, sang papi pun hanya tertawa mendengarnya, Gita pun hanya bisa tersenyum melihat kedekatan anak dan suaminya itu.
"Ayok ikut papi" Ricko menuntun Viona keluar dari rumah dan pergi kehalaman.
Terlihat mobil putih milik papi dan maminya yang berada di halaman rumahnya, tapi ada yang aneh sejak kapan mereka memiliki tiga mobil? setaunya hanya dua, itupun milik papi dan mami nya.
"Itu?" tanya Viona menunjuk kearah mobil yang dihias dengan pita di bagian depannya.
Ricko tampak mengeluarkan kunci mobil dan menyerahkan pada sang anak, Viona menerima itu dengan perasaan senang dan bahagia, ia lantas kembali memeluk sang papi.
"Makasih papi, Vio sayang papi!" ucapnya.
Sementara itu Gita hanya tersenyum miris melihat kebahagiaan anaknya bersama suaminya, walaupun suaminya itu selalu saja menyakiti hatinya tetapi ia senang melihat suaminya tetap berusaha menjadi seorang papi yang baik untuk anaknya.
"Ayok pi kita sarapan mami pasti udah buatin makanan buat kita" ajak Viona kembali menarik tangan Ricko lalu duduk di kursi makan bertiga bersama sang mami.
Gita pun menyiapkan piringnya dan memberikan secentong nasi pada masing-masing piring miliknya, anaknya dan suaminya.
Viona tampak memakannya dengan nikmat, kapan lagi ia memakan sarapan lengkap dengan kedua orang tuanya, ya walaupun mami papinya tak saling berbicara.
"Masakan mami emang selalu enak, yakan pi?" pancing Viona. Gita hanya tersenyum mendengarnya.
"Iya, masakan mami kamu enak" ucap Ricko membuat kebahagiaan tersendiri pada dua perempuan yang tengah makan itu.
Tampak Ricko tengah menikmati kopi yang dibuat oleh Gita sambil meminum kopi ia pun duduk santai dikursi yang tersedia dihalaman rumahnya. Sedangkan Gita tengah beres-beres dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya bersama dengan Viona, mereka tak menyewa art karena Gita dan Viona bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.
Ricko mengernyitkan dahi heran melihat motor ninja hitam yang memasuki pekarangan rumahnya, tampak Dirga yang turun dari motor dan berjalan kearah Ricko.
"Siang om" Dirga menyalami tangan Ricko sopan.
"Siang, adek ini siapa ya?" tak seperti kesan pertama Gita dengan Dirga, Ricko tampak lebih ramah dari yang ia kira.
"Saya temennya Viona om, Viona nya ada?" ucap Dirga sopan.
"Oh Vio, dia sih tadi lagi beres-beres sama maminya, kali aja sekarang dia lagi mandi" balas Ricko. Dirga hanya mengangguk dan tersenyum mendengarnya.
"Saya Ricko, papinya Viona" Dirga tersenyum mendengarnya, ternyata ini seseorang yang sangat berjasa karena telah membuat Viona eh.
"Saya Dirga om" ucap Dirga, lalu Ricko menyuruh Dirga duduk di sebelahnya, mereka berbincang ringan.
"Kamu mau kopi?" tanya Ricko.
"Engga usah om ngerepotin" balas Dirga.
"Kamu sekelas sama Viona?" tanya Ricko.
"Enggak om, saya cuma satu angkatan sama dia, kebetulan kelas kita deketan" jelas Dirga.
"Rumah kamu dimana?" tanya Ricko, lagi. Sudah seperti wawancara kerja saja ya.
"Papi" Viona tiba-tiba datang dan mengagetkan Ricko yang tengah berbincang dengan Dirga.
"Eh ada Dirga" lanjutnya.
"ih papi masuk sana, aku mau ngobrol sama temen ku" usir Viona pada papinya.
"Temen apa temen?" balas Ricko yang berdiri dari duduknya membawa kopi ditangannya.
"ih papi apaansih" ucap Viona, Ricko hanya tertawa melihatnya dan kembali menatap Dirga.
"Jangan sakitin anak saya!" ucap Ricko tajam pada Dirga, berbanding terbalik saat bersama Dirga tadi, mungkin yang tadi hanya awalannya saja.
Setelah dirasa Ricko masuk kedalam Viona duduk ditempat Ricko duduk tadi.
"Huft, maaf ya Dirga papi orangnya emang gitu, ngeselin" ucap Viona, Dirga hanya tersenyum paham mendengar nya, ia mengerti bagaimana perasaan seorang ayah jika anak gadisnya tengah dalam masa masa cinta seperti ini.
"Kamu mau minum apa?" tanya Viona pada kekasihnya itu, Dirga tampak menggeleng dan mengeluarkan sesuatu dari balik jaket kebanggaan nya yang bertuliskan dark dipunggungnya.
Terlihat kotak persegi panjang beludru berwarna merah. Viona mengernyit bingung melihat nya.
Dirga langsung saja membuka kotak itu dihadapan Viona, terlihat kalung yang sangat cantik dengan liontin mutiara dibagian depannya.
"Ini kado ulang tahun aku buat kamu" ucap Dirga, Viona terperangah melihatnya.
"Pasti mahal" ucap Viona melihat kalung tersebut.
Dirga hanya tersenyum lalu memakaikan kalung itu pada Viona.
"Cantik" ucap Dirga setelah ia selesai memakaikan kalungnya.
"Kamu abis dapet warisan apa? Bisa-bisanya semalem nraktir yang lain, terus sekarang beliin aku ini" celoteh Viona, pasalnya ia tak enak hati, Dirga terlalu banyak mengeluarkan uang, ia takut dicap sebagai perempuan matre yang memanfaatkan kekayaan sang pacar.
"Iya, aku dapet warisan" Dirga tertawa mengucapkannya, warisan hm memang benarsih ia baru saja mendapat saham bagiannya beberapa waktu lalu.
"Udah ya, aku mau ke markas" Dirga berdiri dari duduknya.
"ih gak asik, mainnya bentar doang" rajuk Viona menatap kekasihnya itu dan mengerucutkan bibirnya.
Dirga lantas mengusap kepala Viona sembari tersenyum sayang.
"Gemes" ucap Dirga lalu beranjak meninggalkan pekarangan rumah Viona dengan motor ninja hitamnya.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✔
Roman pour Adolescents[ PART AWAL MEMANG TIDAK JELAS KARENA SAYA BELUM MENGERTI BAHASA KEPENULISAN, SILAHKAN BACA HINGGA PART AKHIR ] "Jika harus melepasmu, aku ingin melepasmu baik-baik. Seperti awan yang melepas hujan." 🚫 cover edit by me 🚫 cerita tidak jelas 🚫 baha...