Dirga dan Deon melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu persatu.
Penampilan mereka tampak seperti orang kantoran, Dirga memakai jas hitam yang didalamnya memakai kaos hitam juga, celana dasar hitam dan sepatu hitam lalu kaca mata hitam yang bertengger dihidung mancungnya, menutupi mata tajam miliknya.
Deon, memakai kaos hitam dilapisi jaket kulit berwarna hitam, celana levis hitam, sepatu hitam, masker hitam yang menutupi mulut dan topi berwarna hitam. Tak lupa Deon membawa sebuah tas jinjing yang berisi alat perekam suara dan kamera.
Mereka tengah berada disebuah rumah susun.
Dirga mengedarkan pandangannya, melihat keadaan sekitar yang tampak sepi sekali.
Jelas, ini sudah pukul 12 malam, yang pasti orang-orang sudah pada tidur.
"Orang itu udah masuk ke jebakan gue, gue pura-pura mau beli barang dari dia. Dia udah nunggu kita di lantai tiga, rumah nomor 21." Jelas Deon setengah berbisik sembari berjalan bersisian dengan Dirga.
"Good. "
Mereka kembali berjalan dan akhirnya menemukan tempat yang mereka cari.
Tok.. Tok.. Tok..
Cklek..
Seorang lelaki paruh baya membuka pintu rumah setelah diketuk oleh Deon. Ia menelusupkan kepalanya.
"Ahmad ya?" Tanyanya pada Deon. Deon lantas mengangguk.
Ia memakai nama samaran.
"Yang ini?" Tunjuk lelaki itu pada Dirga.
"Opet, temen saya." Jawaban Deon berhasil membuat lelaki itu tertawa dan Dirga yang mengepalkan tangan didalam saku celananya.
Sialan Deon!
"Orang tua anda pasti penggemar film kartun upin ipin." Seru lelaki itu sambil terkekeh
"Silahkan masuk." Akhirnya lelaki itu mempersilahkan mereka masuk.
Kesan pertama mereka memasuki ruangan alias rumah sepetak ini adalah, berantakan.
"Anda tinggal sendiri?" Tanya Deon.
"Iya, kadang ada temen saya yang kesini untuk transaksi." Jawab lelaki itu.
"Oh ya sebelum nya nama saya Saipul." Lanjut lelaki itu.
Dirga dan Deon mengangguk dan duduk dikursi yang tersedia disana.
"Saya akan ambilkan pesanan mu dulu, Ahmad." Saipul pun berjalan kedalam rumahnya dan tak lama ia keluar menenteng plastik berukuran sedang dan menaruhnya dimeja.
Deon lantas mengeluarkan segepok uang untuk itu.
"Ngomong-ngomong sudah berapa lama bapak melakukan ini?" Tanya Dirga.
"Sudah lama sekali Pet, gak heran kalau nama saya seterkenal itu dikalangan pemakai." Jawab Saipul.
Dirga lantas kembali mengepalkan tangannya, Deon sialan! Lihat saja setelah semuanya selesai apa yang akan terjadi pada Deon.
Dirga lantas manggut-manggut, sebenarnya tak perlu mengorek banyak tentang Saipul karena sudah terbukti dengan jelas kalau ia si bandar sabu.
"Silahkan, dibawa barangnya." Ujar Saipul kembali menyodorkan plastik berisi sabu itu.
Dirga dan Deon berdehem canggung, jelas mereka tak mau memegang plastik itu karena sidik jari mereka akan terekam nanti.
Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✔
Teen Fiction[ PART AWAL MEMANG TIDAK JELAS KARENA SAYA BELUM MENGERTI BAHASA KEPENULISAN, SILAHKAN BACA HINGGA PART AKHIR ] "Jika harus melepasmu, aku ingin melepasmu baik-baik. Seperti awan yang melepas hujan." 🚫 cover edit by me 🚫 cerita tidak jelas 🚫 baha...