36

19 2 0
                                    

Viona berjalan kedepan gang perumahannya, Gita maminya sudah berangkat duluan ke persidangan karena harus ke rumah sakit menemui client terlebih dahulu.

Gadis itu menyusuri jalanan dengan pandangan was-was, suasana tampak tak sepi-sepi sekali namun ia merasa tengah diperhatikan seseorang.

Ia menengok kebelakang namun hanya melihat sebuah daun yang bergoyang terkena angin. Ia kembali melanjutkan jalannya agar cepat sampai depan perumahan untuk menaiki buss.

Tap

Tap

Tap

"Emhh! "
••

"Aduh mas, Viona kemana sih? Udah satu jam kita nunggu disini." Keluh Gita yang duduk diruang tunggu bersama dengan Ricko.

"Salah kamu! Kenapa ngebiarin anak itu pergi kesini sendirian. Memang ibu gak becus kamu itu!" Maki Ricko dengan pandangan yang tetap fokus kearah ponsel, tak menatap Gita.

"Maaf tuan dan nyonya, bagaimana apa kah sudah bisa kita ke ruang sidang sekarang?" Tanya seorang wanita yang kita ketahui sebagai pengurus sidang perceraian.

"Kalo engga, mba duluin yang lain aja, kami dapet jam terakhir gak apa kok. Soalnya masih harus nunggu anak kami." Jawab Gita.

"Oh begitu baik nyonya. Saya akan ganti jamnya."

"Terima kasih mbak."

"Sama-sama, saya permisi." Gita tersenyum kemudian kembali duduk dan menghubungi Viona.

"Hapenya gak aktif." Gita menampilkan raut wajah khawatirnya.

"Ck! " Ricko berdecak malas.
••

"Ya elah Dir ngalah kek lo sama gue!" Kesal Deon kala melihat pion kuda nya yang sudah lenyap digeser Dirga.

Dirga dan Deon tengah bermain catur di markas dark, sementara beberapa anggota dark yang lainnya tengah bermain basket di halaman belakang rumah dark yang terdapat lapangan.

Tangan Dirga terulur untuk mengarahkan pion kudanya di depan kanan pion benteng milik Deon, namun jemari Deon lebih dulu menepisnya.

"Anjing!" Maki Dirga lantaran pionnya terjatuh kebawah.

"Jangan geh Dir, gak kesian apa lo sama gue? Hah? Dari tadi kalah terus!" Ucap Deon.

"Gak jelas lo!" Dirga bangkit dari duduknya dan berjalan ke halaman belakang diikuti dengan teriakan Deon yang mengamuk memanggil namanya.

Dirga duduk disana disebelah Arjuna yang tengah merokok.

Arjuna menyerahkan sepuntung rokok kearahnya.

"Gak." Arjuna terkekeh mendengar jawaban Dirga, selalu seperti itu.

"Om gue, bokapnya si Allan minta dark buat bantu tugas kepolisian nyari pengedar dan pemakai sabu, gimana menurut lo?" Dirga membuka suara.

"Morir?"

"Kita kerja sama Morir juga."

"Very very unlikely "

"Gue juga mikir gitu, tapi ini kesempatan buat kita supaya dark dipandang masyarakat jadi geng yang baik. Bukan cuma perkumpulan gak jelas yang suka buat onar."

"Harus ada yang lebih unggul dalam pandangan polisi diantara Dark sama Morir. Kotor bersih caranya kita harus bisa ngejatohin Morir!"

Arjuna mematikan rokoknya yang sudah sekelingking dan menatap Dirga penuh arti. Entahlah rencana licik apa yang sedang di pikirkan oleh dua pentolan Dark ini.

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang