34. ( Part Special Deon & Jei )

16 1 0
                                    

Seorang remaja perempuan tengah keluar dari mini market di pinggir jalan besar, ia Jei. Malam ini ia harus membeli makanan siap saji untuk mommy dan adik-adiknya makan, karena terbiasa hidup mewah mereka tak ada satupun yang bisa memasak, membuat mereka kewalahan karena harga yang terbilang cukup murah itu kini terlihat terlalu mahal bagi mereka. Uang tabungan sang mommy pun nampak sudah menipis, dikarenakan sang mommy tak memiliki keahlian atau bakat ataupun jadilah wanita paruh baya itu tak bekerja, hanya mengandalkan tabungan yang ia punya dari sisihan uang yang diberi suaminya setiap bulan.

Setelah daddynya dinyatakan bersalah, keluarga itu kini hidup berkekurangan, Jei yang sekolah di sekolah swasta elit itu harus selalu menghadap pada guru lantaran tak ada biaya untuk membayar uang sekolah, tabungannya pun kini sudah tak berguna karena habis untuk membeli makanan sehari-hari. Sementara kedua adiknya pun harusnya sudah masuk ke sekolah dasar sekarang, namun harus tertunda lantaran tak memiliki biaya.

Gadis berperawakan bak seorang bule itu menenteng sekantong kresek berisi makanan untuk kedua adik dan mommynya makan. Ia berjalan menyusuri jalanan padat ini dengan perasaan yang berkecamuk, ia tak ingin melihat kedua adiknya tak dapat sekolah, ia pun tak ingin melihat mommynya yang hanya mampu menangis dan menangis meratapi nasib mereka. Haruskah ia berhenti sekolah dan bekerja? Pilihan yang bagus, tapi ada kah pekerjaan yang menerima dia? Lantaran ia belum tamat SMA.

Ditengah pemikirannya yang berkecamuk ia merasakan kantong kresek yang ia bawa berpindah tempat menjadi teronggok di tanah, seorang yang membawa mobil sedan hitam menabrak lengannya yang tengah menenteng kresek

" Awsh! Shit! Sialan lo, gue sumpahin mobil lo rem nya blong!" Makinya pada pengendara yang terus melajukan mobilnya tak menghiraukan apa yang kini sudah ia tabrak.

"Mommy.." Dengan mata yang berkaca-kaca ia menyentuh lengannya yang membiru dan memandangi makanan yang harusnya menjadi makan malam mereka kini sudah terlihat mengenaskan tak layak konsumsi.

" Hiks.. Hiks.. Hikss.. " Ia menangis, menumpahkan segala perasaan sedihnya malam ini.

Drrttt.. Drttt..

Ponselnya berdering memperlihatkan pesan dari sang adik yang menanyai kabarnya dimana, dan apakah sudah selesai membeli makanan.

Jero
•where are u jei? sudahkah jei beli makan mlm ini? im and jira so hungry :(((

•waitt

Ia kembali menangis membaca pesan yang dikirimkan sang adik dan terduduk di pinggiran jalan dekat makanannya yang tergeletak.

Tak ada teman, tak ada tempat berbagi cerita. Sungguh miris, akibat kecerobohannya yang meneror salah satu sahabatnya itu membuatnya kini bagai bunga yang sudah layu. Tak ada yang tertarik akan keadaanya.

"Ngapain lo disini?" Tanya seorang lelaki dari atas motor ninja yang tepat berdiri di hadapan Jei.

Jei mendongak menatap lelaki itu kemudian berdiri dan menghapus jejak air mata di pipi nya.

"Nunggu taxi." Jawab Jei, lelaki itu terkekeh.

"Udah miskin, masih aja gengsi lo!" Ujarnya turun dari motor dan membuka helm fullfacenya.

Lelaki yang memakai jaket levis bertuliskan dark itu mendekat kearah Jei, dia Deon.

Jei memandang kearah samping enggan bersitatap dengan Deon, ia tak punya keberanian lagi untuk menjawab segala omongan dari lelaki yang sedari dulu menjadi lawannya dalam adu argumen.

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang