47

12 2 0
                                    

Bel istirahat berbunyi, siswa siswi kelas 12 IPS 3 berhamburan keluar kelas. Meninggalkan dua gadis yang masih duduk membereskan alat tulisnya.

"Yuk, ke kantin." Ajak Hany. Violet menggeleng, "Lo aja, Han. Gue lagi mager jalan, gue juga bawa bekel." Jawabnya.

Hany mengangguk lalu pergi keluar kelas meninggalkan Violet seorang diri.

Violet mengambil ponselnya dan mengarahkannya kedepan wajah, terlihat memar merah itu mulai berkurang.

Gadis itu meringis, kadang kala nyeri menjalar disekitaran pipi dan mulutnya. Serta kepalanya masih sering sakit karena terbentur lantai saat insiden itu.

Ia berpikir, siapa yang mendalanginya? Tega sekali.

Keadaan kelas sepi, hanya ada dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk mengeluarkan bekal makan siangnya.

Tap.

Tap.

Tap.

Terdengar langkah kaki yang memasuki kelas, gadis itu mendongak lalu mendapati Dirga dengan penampilan acak-acakannya tengah berjalan menuju meja lelaki itu.

"Dirga, kamu gak ke kantin?" Tanyanya basa-basi, Dirga tak menjawab, lelaki itu malah menenggelamkan wajahnya dilipatan tas diatas meja.

"Dirga, kamu udah makan siang belum?" Tanyanya lagi namun tak ada jawaban dari Dirga.

Gadis itu bangkit dan mendekat kearah Dirga.

"Dirga."

"Aku punya bekel, kalo kamu mau bisa kamu makan. Aku takut kamu sakit kalo gak makan siang, Dirga."

Seruannya tetap tak ada balasan.

Violet memberanikan diri untuk menyentuh bahu tegap lelaki itu.

Plak!

"BACOT!!"

Bruk!

Dirga menepisnya hingga punggung tangan lelaki itu mengenai pipi Violet, dan tak terasa kotak makan Violet ikutan jatuh.

"Awsh.. " Ringis Violet, pipinya kembali terasa panas.

Lelaki itu membelalakan matanya, ia hanya berniat menepis lengan Violet tapi malah tak sengaja menamparnya.

"L-lo."

"Aku gak apa kok Dirga. Tuh kan bekalnya jadi berantakan, bentar aku bersihin dulu takutnya nanti banyak semut." Potong Violet lalu berjongkok membersihkan nasi yang berceceran itu.

Dirga ikut berjongkok, mata tajamnya melihat pipi gadis itu memerah. Salahkan tenaganya yang terlalu kuat.

Tangannya terulur menghalau anak rambut gadis itu dan menyentuh pipinya.

Violet terpaku ditempat, ia bak patung sekarang. Merasakan tangan besar lelaki itu yang kini tengah mengelus pipinya.

Semburat merah tercetak jelas dikedua pipi gadis itu, "Kok malah tambah merah?" Gumam Dirga.

Violet menggigit bibir bawahnya, ia sedikit terpejam kala usapan lelaki itu sangat lembut dan lambat dipipinya.

Dirga memandanginya lama, hingga lelaki itu pun tersadar lalu menarik tangannya dari sana dan bangkit berdiri.

Violet tersenyum kikuk pada Dirga namun wajah lelaki itu tak menampilkan ekspresi apapun, Dirga malah berlalu dari hadapannya.

Violet mengernyit bingung, tapi ia tersenyum mengingat kejadian tadi.

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang