20

54 11 1
                                    

Gadis dengan perban putih yang melilit dikepalanya tampak melamun. Kini ia tengah berada di kamarnya, setelah kejadian ia tertimpa pot bunga pacarnya langsung saja meminta ijin pada pihak sekolah untuk membawanya pulang.

"Vi, makan dulu." Tampak sang mami, Gita membawakan nampan yang berisikan makan siang untuk anak kesayangannya ini.

"Iya mi. Taro dimeja aja, nanti Vio makan." ucapnya.

Gita mendekat pada anak semata wayangnya, mengelus kepala Viona pelan yang berbalut perban itu.

"Apa pihak sekolah gak ada niatan buat nelusurin siapa yang ngelakuin ini ke kamu?" tanya Gita. Viona menggeleng dan tersenyum.

"Menurut Vio itu gak perlu mi, mungkin aja orang itu gak sengaja ngelemparnya. Terus kena Vio yang lagi ada dibawahnya." jawab Viona.

"Vi, positif thinking emang baik. Tapi kan di cctv keliatan kalo orang itu sengaja ngelempar pot bunga ke kamu, gimana bisa kamu sesantai ini nanggepinnya. Itu kepala Vi, bagian sensitif." jelas Gita.

"Vio gak mau memperpanjang masalah ini mi, yang ada nanti malah nambah beban. Mami tenang aja, nanti juga pasti ketauan kok, gak perlu susah payah kita nelusurin ini. Karena sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh juga kan." Viona tersenyum menatap maminya yang terlihat khawatir akan keadaanya.

"Mami cuma gak mau kamu kenapa-kenapa, cuma kamu yang mami punya Vi." Gita tampak sedih mengatakannya. Jujur ia tak tega melihat maminya yang bersedih seperti ini, ah ia harus mengutuk pot bunga sialan itu yang telah memecahkan kepalanya.

"Mami tenang aja, Viona janji gak bakal bikin mami khawatir lagi."

Ting nong!

Terdengar suara bel rumah berbunyi. Gita bergegas keluar dan membukakan pintu untuk sang tamu.

"Siang tante," Ternyata Dirga. Memakai kaos polos hitam, celana levis hitam yang robek dibagian lutut dan jangan lupakan jaket kebanggaannya.

"Siang Dir-ga. Mau ketemu Viona ya?" jawab Gita, Dirga tampak menyengir dan mengangguk.

"Masuk. Viona nya ada dikamar." Gita lantas mempersilahkan calon mantu masuk. Menuju kamar Viona, tenang saja Dirga sudah diperintahkan oleh Gita agar tak menutup pintu kamar Viona dan membiarkan mereka berduaan saja didalam, takut ada setan.

"Gimana keadaan kamu Vi?" Tanya Dirga tepat saat ia memasuki kamar Viona.

"Udah mendingan kok. Gak sepusing tadi." Jawabnya.

Dirga tampak menelusuri kamar Viona dan menemukan makan siang yang tadi dibawakan oleh Gita di nakas.

"Kenapa gak dimakan?" tanyanya.

"Nanti. Aku masih kenyang Dir."

"Kenyang makan apa?"

"Angin, hahahaha"

"Makan!" Titah Dirga tak terbantahkan, sedangkan Viona hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Vi" Suara Dirga merendah namun Viona tetap pada posisinya menggelengkan kepalanya.

"Aw-shhh" Viona tampak meringis sakit dan memegang kepalanya. Kebanyakan geleng-geleng nih.

"Tuh kan." Dirga tampak mendekat dan menangkup kedua pipi Viona menatap mata Viona lembut dengan tangan satunya ia pakai untuk mengusap rambut indah nan panjang Viona.

Viona nampak diam membeku ditatap selembut itu oleh Dirga.

"Ganteng" Ucapnya tanpa sadar. Dirga hanya mengulum senyum tipis mendengarnya.

"Apa?" Tanya Dirga.

"Eh" Viona tampak beringsut menjauh dari Dirga, dan membuang wajah kesamping.

Sebenarnya Dirga ingin tertawa melihatnya , tampak menggemaskan sekali Viona dimatanya.

"Aaa" Dirga menyodorkan sesendok makan siang pada Viona. Yang diterima gadis itu dengan lahap.

"Kamu yakin gak mau nyelidikin ini lebih lanjut?" tanya Dirga disela-sela suapan tangannya untuk Viona.

"Ewnggwa" Ucap Viona dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Telen dulu, baru ngomong" ucap Dirga.

"Huhh..—engga." Ucap Viona, setelahnya tak ada obrolan diantara mereka. Karena Dirga takut jika nanti Viona tersedak karena ia yang terus bertanya.

Setelah selesai, Dirga membereskan piring tersebut. Menaruhnya dinakas seperti semula.

Dirga langsung saja duduk di pinggir kasur, tepat disebelah depan Viona.

"Kok celana kamu robek-robek" Viona mencebik, ia benci penampilan Dirga yang seperti ini. Seperti orang gila.

"Model sayang" Balas Dirga.

"Mirip orang gila" Dirga hanya tertawa menanggapinya.

"Besok aku jemput kamu kesekolah. Apa kamu mau libur dulu?"

"Ih gak mau. Gak mau libur"

"Yauda, iya sayang."

Tling!

Jaff
Bro, si dika masuk rmh sakit bunda syifa. dikeroyok morir pas pulang sekolah tadi.

Ponsel Dirga berbunyi, menampilkan pesan dari Jaff. Yang memberitahukan bahwa salah satu anggota dark dikeroyok morir.

"Kenapa?" Tanya Viona saat melihat perubahan diwajah kekasihnya itu.

"Anggota aku ada yang dikeroyok sama morir" Ucapnya pada Viona.

"Aku pergi ya" Pamit Dirga yang diangguki Viona. Sebelum pergi Dirga sempat mencium kening Viona lembut. Membuat pipi gadis itu bersemu merah.
••

"Gimana bisa?" Tanya Dirga sesampainya ia di ruang rawat Dika. Sudah banyak anggota dark lainnya disini.

"Tadi pas gua pulang sekolah, gua mampir dulu ke mini market buat beli minum. Pas gua keluar udah rame anak morir, karena mereka banyak banget gua gak bisa ngelawannya."

"Maaf ya bang. Gua payah." Ucap Dika, terlihat kening lelaki iti diperban, sudut bibir yang membiru dan kakinya yang tampak di gips patah, sepertinya.

Dirga tampak mengangguk dan menghela napas kasar.

"Biaya administrasi lo serahin aja ke gua" Ucap Dirga pada Dika.

"Thanks bang. Ngerepotin." Dika tersenyum dan berterima kasih pada Dirga.

"Santai aja," Dirga lantas menatap keempat teman dekatnya (Arjuna, Deon , Jaff, Gino).

"Kita pamit, Dik. Semoga lo lekas pulih" ucap Gino pada Dika.

"Thanks bang" Setelah itu Dirga, Arjuna, Deon, Jaff dan Gino pergi dari ruang rawat inap milik Dika.

"Kalian curiga gak sih, hari ini dua orang kena kecelakaan. Viona sama Dika. " Ucap Gino.

"Apa mungkin pelaku yang ngelempar pot bunga itu morir?" Tanya Jaff.

"Morir gak punya anggota cewek" Ucap Arjuna

"Bisa aja salah satu dari temen siAllan" Jawab Jaff.

"Bisa jadi sih, tapi buat apa morir nyelakain Viona? Gak ada sangkut pautnya kan sama permusuhan kita selama ini." Deon kali ini berujar dengan serius.

"Mungkin karena morir tau, titik lemah Dirga ada di Viona." Ucap Arjuna, membuat Dirga berpikir kearah sana juga. Tak akan ia biarkan Viona disentuh siAllan seujung kuku pun.

"Kita harus tetep waspada. Karena kita gak tau apa yang lagi direncanain sama morir" Ucap Dirga tajam.

Mereka semua menyangka kejadian hari ini berkaitan satu sama lain. Mereka juga menyangka kejadian ini dilakukan oleh orang yang sama tapi, sebenarnya tidak seperti apa yang mereka duga.

Tbc..

Dirgantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang