Gue Mau Pulang

70.9K 4K 38
                                    

Rania berjalan kearah rooftop seorang diri, guna mencari keberadaan Marsel di sana. Butuh waktu setidaknya 5 menit baginya untuk sampai di rooftop sekolah, karena tangga yang terbentang jauh membuat gadis 16 tahun itu sedikit kelelahan.

Rania menarik nafas dalam, sesekali menyeka peluh yang mulai membanjiri keningnya. Dan di sanalah dia mendapati siluet Marsel tengah duduk seorang diri, kedua kakinya berayun ke bawah bangunan. Masih dengan nafas memburu Rania mengambil posisi tepat disamping Marsel. Ketika merasa posisinya aman barulah tangan Rania terangkat menepuk bahu Marsel pelan, membuat remaja laki-laki itu menoleh sekilas.

"Sendirian aja." Celetuknya basa-basi, namun tak direspon oleh lawan bicaranya.

"Lo nggak takut duduk di sini sendirian?"

"Nggak takut kalo ada nyamuk lewat, nyenggol badan lo. Terus lo nyungsep ke bawah?"

"Kan nggak lucu kalo badan lo lecet karena hal sepele, yang ada penggemar lo pada kabur loh." Celetuknya panjang lebar, guna mencairkan suasana.

Marsel masih diam, tatapannya mengarah langsung pada lapangan basket di depan mereka. Namun setelah di perhatikan lebih lanjut tatapan Marsel sepenuhnya kosong, seolah ada sesuatu yang membebani pundak remaja laki-laki itu.

Rania menghela berat. Sepertinya ada masalah besar yang menghimpit sahabatnya, karena itu Marsel memilih untuk diam. Meski tak tau apa yang menganggu kepala Marsel, Rania harus berusaha untuk menghibur Marsel. Dengan garis bibir melengkung tipis, Rania turut memperhatikan lapangan di depan mereka.

"Lo ada masalah apa sih? Cerita aja, pasti gue dengerin ko." Ujarnya lagi, sukses merebut kembali perhatian Marsel.

Sejenak Marsel nampak membisu, tak lama hembusan nafas panjang mengalun melalui mulutnya. Setelahnya ia menggeleng kemudian kembali berfokus pada lapangan.

"Nggak ada Ran."

"Masa? Kok gue ragu ya kalo lo nggak punya masalah."

Rania menjentikkan jarinya. "Oh, jangan-jangan lo ragu buat cerita? Sebenarnya lo tuh malu, apa emang nggak percaya sama gue?"

"Perasaan sejak dulu lo nggak pernah cerita masalah hidup lo sama gue, seolah-olah lo emang nggak pernah menganggap gue sebagai sahabat." Rania menambahkan.

Pernyataan Rania sukses mendatangkan kembali helaan nafas berat Marsel, kepalanya berputar 90° hingga wajah mereka kembali dipertemukan. Kedua bola mata Marsel tanpa sadar bergerak ke arah bibir ranum Rania, yang terlihat menggoda dengan warna pink alami.

"Lo percaya sama gue?"

Hanya kalimat itu yang mampu dilontarkan Marsel. Namun anehnya Rania langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, tak ayal ekspresi polos Rania membuat sesuatu dalam diri Marsel memberontak. Terbesit sebuah penyesalan dalam dirinya, bahkan rasanya Marsel ingin mendekap tubuh mungil itu dalam kungkungannya, juga merasakan hangatnya tubuh Rania yang di sukainya sejak dulu.

Marsel menggeleng sadar. Nggak, nggak!.

Inget Sel, Ran itu sahabat lo! Jadi lo nggak berhak nyakitin apa lagi sampe bikin Ran hancur di tangan lo!. Batinnya.

Bibir Marsel hendak bergerak, sampai keraguan dalam dadanya kembali melintas.

Tapi gimana sama taruhan itu?.

Marsel kembali menggeleng, coba menyadarkan dirinya yang larut semakin dalam.

Tapi artinya gue harus siap kalah, dan menerima semua konsekuensinya.

Gue suka Rania, dan gue pengin dia jadi milik gue.

Tapi... Batin Marsel sibuk bermonolog.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang