"Sayang," panggil Devan manja, ketika dirinya baru saja duduk disalah satu kursi yang mengelilingi meja makan.
Renata melirik sinis Devan dari ekor matanya, rasanya masih kesal jika mengingat kejadian malam tadi. Tapi lihatlah Devan sekarang, tersenyum lebar seolah tidak ada masalah sama sekali. Tidak taukah Devan jika semalaman Renata tidak bisa tidur, bahkan kantung matanya tercetak jelas disana.
"Sayang kenapa sih? Kok cuek gitu?"
Mata Renata menyipit tajam, karena masih kesal ia sengaja meletakkan piringnya dengan sedikit dihentakkan. Saking kencangnya atau mungkin karena rumah mereka yang kelewat senyap, makanya Devan bahkan bi Jati yang ada di dapur dekat meja makan terjengkit kaget.
"Makan!" ketus Renata, dia berbalik dan hendak pergi namun tangannya ditahan oleh Devan.
"Mas tau mas emang salah, nggak seharusnya mas cerita soal masa lalu. Tapi jujur, mas nggak suka sama dia. Mas cuma suka sama kamu sayang,"
"Buktinya sekarang kita udah sah jadi suami istri, kita juga punya Devanka."
Devan meraih kedua tangan Renata, menggenggamnya erat.
"Maaf ya, seharusnya mas nggak cerita soal masa lalu kalo ujungnya bikin kamu sakit hati." tutur Devan dengan segenap hatinya, tanpa sadar membuat kedua sudut bibir Renata terangkat.
Kesan pertama yang Renata tangkap dari sikap Devan adalah manis dan romantis, jika begini caranya bagaimana mungkin dia bisa marah lebih lama pada suaminya itu. Tidak akan bisa.
"Jadi... kamu udah maafin mas?" tanya Devan hati-hati, Renata menganggukkan kepalanya.
Wajah Devan memancarkan binar bahagia, tadinya Devan pikir rencana ini akan gagal. Tapi rupanya tidak begitu.
"Oh iya, mas punya sesuatu buat kamu."
Renata menaikkan sebelah alisnya "Apa itu?"
Devan bangkit dari duduknya, ia memutar tubuh hingga posisinya saat ini berada dibelakang Renata. Tangan kanannya merogoh saku jas untuk mengambil kotak beludru merah dan mengambil isinya.
"Kalung?" gumam Renata saat merasakan sesuatu menggantung dibawah lehernya.
Tangan perempuan itu merayap, meraih bandul berbentuk dua ekor kupu-kupu mungil yang tersusun oleh berlian.
Devan memutar tubuh Renata, hingga posisi mereka saling berhadapan. Senyumnya terukir melihat kalung pemberiannya terlihat cocok saat dipakai Renata, membuat kecantikan istrinya telihat berkali-kali lipat.
"Cantik,"
Renata tersipu, meski bukan kali pertama Devan memujinya, tapi tetap saja ia merasa spesial. Apa lagi saat Devan selalu memperlakukannya dengan baik dan manis, sungguh suami idaman sekali.
"Kenapa kupu-kupu?"
"Kupu-kupu yang besar itu kamu, dan yang kecil itu Devanka. Kalian itu indah, manis, tapi juga rapuh. Karena itu, mas akan melindungi sayap kalian dari badai. Bagaimanapun caranya, mas akan membuat kedua kupu-kupu itu terbang menuju kebahagiaan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE MOM (END)
General FictionPerempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimut kebahagiaan d...