Mas Yang Akan Turun Tangan

19.7K 1.4K 9
                                    

Jika rasa takut mengalahkan kepercayaanmu, maka ingatlah janjiku.

_Devan Fernandes_

_Devan Fernandes_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sesampainya dikamar, Renata langsung mendudukkan tubuhnya diatas ranjang. Tak lama Devan muncul dari balik pintu, pria itu masuk, tak lupa mengunci pintunya sebelum akhirnya ikut bergabung dengan sang istri.

"Sayang," panggil Devan dengan suara beratnya.

Susah payah Renata menelan salivanya sendiri, lalu menganggukkan kepalanya.

"I... iya,"

Devan memutar tubuh Renata hingga posisi mereka saling berhadapan, dengan seulas senyum Devan menggenggam erat kedua tangan mungil Renata.

"Mas mau ngomong serius,"

Sekali lagi Renata menelan salivanya dengan susah payah, jantungnya serasa berdugem ria. Hingga Renata merasa Devan bisa mendengar suara jantungnya.

Renata berdeham "Ya... tinggal ngomong aja," tuturnya coba terlihat setenang mungkin.

"Ini serius sayang, penting dan... mas mau kamu fokus dan tenang, oke?"

Renata mengangguk-anggukan kepalanya ragu, refleks ia menutup kedua matanya saat tubuh Devan mulai mendekat. Segala kemungkinan sudah bersarang dalam otaknya, seperti Devan yang akan meminta haknya sebagai seorang suami.

Ah mengingat hak seorang suami, tubuh Renata langsung dibuat tegang. Nafasnya perlahan memberat dan hanya dalam hitungan detik saja Renata seolah kesulitan untuk bernafas, dadanya serasa sesak. Bibir kelu dengan wajah mendadak pucat, ketika kilas balik masa lalunya bersama Marsel menyerang.

"Loh? Kamu kenapa sayang?"

Devan menangkup kedua pipi Renata, merasakan kulit istrinya berubah sedingin es.

"Re?"

"Rena?"

Devan terus menepuk kedua gumpalan daging itu, meski khawatir namun ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak panik.

"Ren, kamu kenapa sayang?"

"Buka mata kamu sayang," pinta Devan, masih menepuk pelan kedua pipi Renata.

Bukannya menjawab, bibir Renata justru semakin merapat seolah baru saja diolesi lem. Meski terpejam, Devan mampu melihat kedua bola mata Renata yang bergerak gelisah.

"Rena, bangun!"

"HAH!"

Renata memekik ketika merasakan tamparan yang lumayan keras diatas pipi kirinya, dengan nafas tersenggal ia menatap wajah Devan yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

"Ma... maaf sayang, mas khawatir karena kamu nggak mau buka mata. Jadi mas terpaksa..."

Kalimat Devan terjeda ketika Renata menabrak tubuhnya, terasa sekali jika Renata sedang menahan ketakutan. Bahkan tangan perempuan itu sampai berkeringat dingin, dan jangan lupakan sekujur tubuhnya yang gemetar hebat.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang