Apa Yang Ingin Kamu Tanyakan?

30.6K 2.2K 12
                                    

Waktu bergulir cepat, Devanka sudah kembali sejak satu jam lalu diantar oleh Rafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu bergulir cepat, Devanka sudah kembali sejak satu jam lalu diantar oleh Rafa. Sekarang sudah menunjukan pukul 6 sore, dimana langit mulai kehilangan rona jingga keunguannya menjadi menghitam.

Sejak tadi Renata terus memperhatikan jam tangannya, pertanda jika dia sedang menunggu seseorang.

"Permisi,"

Renata mendongak, bibirnya terangkat naik melihat wanita paruh baya yang sudah berdiri didepannya dengan wajah tertunduk sopan.

"Maaf, bibi telat non."

Renata mengibaskan tangannya memaklumi "Nggak papa bi, kalau gitu saya berangkat sekarang. Oh iya, Devan lagi belajar di kamar, tolong bibi siapkan makan malam buat bibi dan Devan ya."

Wanita paruh baya bernama bi Jati itu menganggukkan kepalanya, masih dengan wajah tertunduk. Bi Jati adalah asisten rumah tangga yang biasa membantu Renata, dari siang hingga malam untuk menjaga Devanka. Pasalnya Renata harus menempuh pendidikan di bangku kuliah sejak setahun terakhir, dengan mengambil kelas karyawan yang biasanya dimulai saat matahari mulai tergelincir diufuk barat.

Jika ada halangan, biasanya dosen akan memindahkan mata kuliahnya diakhir pekan, meski durasinya lebih pendek dari biasanya.

"Kalau gitu saya berangkat ya bi,"

"Hati-hati non."

Renata mengangguk "Titip Devan ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Renata berjalan kearah garasi mungilnya, mengambil motor matic berwarna hitam lalu melajukannya menjauh dari pekarangan rumah. Karena jalanan yang ia sisir terlihat cukup lengang, jadi Renata memilih untuk memacu motornya dengan kecepatan rendah, sambil menikmati semikir angin yang menyapu lembut wajahnya.

Bip

Bip

Renata terkejut mendengar suara klakson yang meraung kencang. Bahkan ia dibuat sedikit oleng saat sebuah mobil BMW hitam metalik, melewatinya dengan kecepatan tinggi. Beruntung Renata bisa mengusai laju motornya, jadi ia tidak harus mencium bau aspal yang pasti akan terasa panas jika menyapa permukaan kulitnya.

"SIALAN LO!"

"KALO NGGAK BISA NYETIR JANGAN BAWA MOBIL, ANJING!!" makinya, meski ia tau jika apa yang di lontarkannya tidak mampu didengar oleh si pengemudi mobil.

"Sialan!"




🐝🐝🐝🐝


"Kusut amat muka lo Ren?"

Renata memutar bola matanya jengah, sambil bertopang dagu ia memajukan bibirnya beberapa senti. Tanpa harus diperjelas, Ami _teman satu fakultas Renata_ bisa tau jika ibu satu anak itu sedang meradang.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang