Berarti Saya Boleh Jadi Your Boy dong?

30.4K 2.4K 38
                                    

Aku jatuh terlalu dalam didasar hatimu, tapi aku nyaman akan hal itu.

_Devan Fernandes_


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Winda menahan nafas sejenak, mendengar penuturan Renata membuat kedua matanya memanas. Dalam hitungan detik ia ikut larut dalam isak tangis yang dibuat Renata.  Keduanya saling berpelukan guna menuangkan sakit yang sama, meski keadaan dan waktu sudah jauh berbeda.

Putra yang melihat suasana mulai diluar kendalinya, memilih beranjak dari sana. Biarlah Winda dan Renata menyalurkan rasa sakit mereka, tanpa campur tangan pria yang menjadi sebab kehancuran hidup keduanya.

Winda mengulur jarak, ia menatap sayu wajah Renata yang masih setia tertunduk dengan isakan tertahan.  Winda menangkup kedua pipi Renata, diusapnya jejak air mata yang sudah lancang membasahi dua bulatan daging itu.

"Kamu hebat, bisa bertahan sejauh ini."

"Setelah semua penderitaan yang harus kamu lalui seorang diri, kamu memilih untuk bertahan dan mempertahankan bayimu." sambung Winda terharu.

"Ta... tapi, rasanya berat tante. Hiks,"

Winda mengangguk paham "Saya tau rasanya, karena kita nggak jauh berbeda."

Tangis Renata berhenti detik itu juga, kepalanya terangkat. Dia menatap Winda tak percaya.

Winda tersenyum miris "Iya, tante tau gimana hancurnya perempuan pas ada diposisi seperti ini." gumamnya lirih, terlihat jelas gurat kesedihan diwajah cantik itu.

"Ta... tante tau?"

Winda menarik nafas panjang, menahannya selama beberapa detik lalu menghembuskannya perlahan.

"Kamu sama seperti tante, dan anak dalam rahimmu itu sama seperti Devan."

Flashback on

21 tahun silam, Winda Pratmaja yang masih duduk dibangku kuliah harus menelan pil pahit. Tatkala dokter memberitahunya jika ia tengah mengandung. Winda yang masih berusia 20 tahun itu memekik terkejut, ia masih tidak percaya jika ada janin yang tumbuh didalam rahimnya.

Sepulang dari klinik, Winda memutuskan untuk mencari keberadaan pria yang menjadi biang kerok dalam masalah hidupnya.

"Daud!" panggil Winda setengah berteriak pada sosok pria yang ada didepan perpustakaan kampus.

Merasa terpanggil, pria dengan kemeja biru itu mengangkat kepala dari buku tebalnya. Kedua alisnya terangkat saat melihat Winda berjalan tergesa kearahnya dengan setumpuk amarah. Daud tersenyum hangat, tanpa tau bahaya apa yang akan menyerangnya.

"Win..."

Plak

Satu tamparan keras sukses menyapa pipi Daud, sampai membuat kepala Daud menoleh kesamping. Pria itu memegangi pipinya yang terasa kebas.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang