Keesokan paginya Rania pamit untuk pergi pada keluarga ustadz Syam, dengan dalih dirinya sudah menemukan tempat kost untuk di tinggalinya beberapa waktu kedepan. Tapi nyatanya ia pergi menuju rumah keluarga Wicaksono, untuk menagih pertanggung jawaban Marsel.
Sial baginya ketika ia baru sampai disana, ternyata mobil Marsel baru saja meninggalkan pelataran rumah. Tentu saja, ini adalah hari kamis jadi Marsel harus pergi sekolah, kebiasaan laki-laki itu memang berangkat jauh lebih awal dari yang lain.
Cukup lama Rania mengikuti mobil Marsel menggunakan jasa ojek pangkalan, hingga akhirnya mereka sampai didepan SMA Pertiwi. Setelah membayar ongkos, Rania berlari menuju tempat parkir siswa yang beruntungnya dalam kondisi sepi.
"MARSEL!"
Plak
Belum sempat menjawab, Marsel yang baru saja membalikkan tubuhnya langsung menerima tamparan keras. Bahkan suara gesekan antar kulit itu terdengar nyaring menusuk telinga.
Marsel memegangi pipinya yang terasa panas dan sedikit kebas, serangan tiba-tiba itu masih belum disadari olehnya. Namun di detik berikutnya semua berubah, Marsel mulai tersulut emosi.
"Shit!"
Rania memejamkan matanya kuat, sebisa mungkin ia tidak berteriak ketika Marsel mengangkat tangan didepannya.
Marsel menggeram kesal, ia baru sadar jika saat ini mereka ada dilingkungan sekolah, ditambah lagi ada CCTV dibeberapa sudut. Bertindak gegabah sedikit saja, sudah bisa dipastikan dirinya akan berakhir dibalik jeruji besi.
Rania membuka matanya perlahan, karena tangan kuat Marsel tak kunjung menyapa pipi tirusnya.
"Kenapa?!" desis Marsel geram.
"Gue hamil, dan lo harus tanggung jawab!"
Marsel tertawa mengejek, ia menatap Rania dari atas hingga bawah dengan tatapan merendah.
"Sumpah ya, gue nggak pernah lihat cewek semurahan lo. Apa nggak ada cowok lain, yang bisa lo ganggu selain gue?"
"Harga diri lo dimana?!"
Rania meradang "INI ANAK LO!" teriaknya emosi.
Marsel mendekatkan tubuhnya, hingga membuat Rania mundur dan akhirnya menabrak mobil laki-laki itu.
"Nggak usah teriak, gue nggak budeg!"
"Dan lagi, gue udah minta lo buat gugurin tuh bayi kan? Dan apa yang lo bilang? Lo pengin mempertahankan bayi sialan itu, jadi salah siapa?"
"Kenapa harus gue yang tanggung jawab?!" tanyanya remeh.
"Kalo lo nggak mau tanggung jawab, gue bakal bilang ke semua orang yang ada disini. Supaya mereka tau, sifat asli seorang Marsel Wicaksono. Gue pastikan lo bakal hancur," ancam Rania yang sukses membuat tubuh Marsel menegang dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE MOM (END)
Fiction généralePerempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimut kebahagiaan d...