Plakk
Wajah Marsel tertoreh kesamping, pipi kanannya terasa kebas dan berdenyut berkat tamparan keras Surya.
"PAPAH!" teriak Deswita.
Perempuan paruh baya itu memeluk tubuh anaknya erat, bermaksud melindungi Marsel dari murka Surya.
"LEPAS MAH, PAPAH HARUS MEMBERI PELAJARAN PADA ANAK KURANG AJAR INI!"
Marsel berdecih, tak tampak sedikitpun penyesalan diwajahnya, mungkin karena Deswita selalu ada dipihak Marsel dan membelanya tanpa ragu. Jadi saat Marsel menceritakan kejadian kelam bersama Renata pada kedua orang tuanya, Marsel tak merasa gentar sedikit pun. Meski pada akhirnya kedua pipinya harus menjadi sasaran, hingga sudut bibirnya terluka.
"Harusnya papah bersyukur Marsel mau menceritakan ini, sekarang kita tau kalau Marsel punya keturunan. Kita punya pewaris pah!" geram Deswita sengaja menekankan kalimat terakhirnya.
Surya menatap remeh Marsel yang masih diam dalam pelukan istrinya,
"Bersyukur? Mamah bilang bersyukur?"
"Cih, nggak ada kata bersyukur. Yang ada papah itu malu mah, karena kebohongan anak kurang ajar itu, hibungan kita dengan keluarga Mahenda jadi rusak!"
Dengan mata menyalang tajam, Surya mengacungkan jari telunjuknya pada Marsel. Emosi pria paruh baya itu sudah sampai ke ubun-ubun, hingga urat disepanjang leher dan pelipisnya tercetak melintang.
"Ditambah lagi karena kebohongan dia, keluarga Mahendra sampai mengusir Renata dari rumah!"
Dalam satu tarikan nafas berat, Deswita menggeleng tegas "Ya mamah tau Marsel salah pah, tapi Renata juga salah." ucapnya sudah lebih tenang.
"Renata salah? Bagian mana yang mamah maksud?" tantang Surya.
Deswita melepaskan pelukannya "Ya harusnya dia datang ke kita, menjelaskan...."
"Mamah lupa, dulu pak Arya sudah mendatangi kita. Bahkan hingga kasusnya sampai ke kantor polisi, tapi dengan sok jagoannya anak itu, dia memanipulasi rekaman CCTV."
"Dan kalo Renata datang kemari, apa mamah mau percaya?"
Deswita dibuat bungkam, apa yang dikatakan oleh Surya ada benarnya. Ah bukan, tapi semua itu benar. Tapi naluri sebagai seorang ibu melarang Deswita menyerah atau bahkan ikut menyudutkan Marsel, dia harus tetap berada di pihak putranya.
"Dan setelah Renata bahagia, kamu mau mengambil anaknya?"
Marsel menggeram kesal "Anak Marsel juga pah!"
Surya menatap remeh wajah Marsel, bahkan ia ingin menghajar wajah itu meski ia tau jika Marsel adalah buah hatinya. Tak bisakah Surya melakukan itu, karena ia juga merasa kecewa sekaligus sakit hati. Sejak dulu Surya sudah menganggap Renata sebagai anaknya, tapi Marsel malah mencuri kehormatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE MOM (END)
General FictionPerempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimut kebahagiaan d...