Korban Kue Goyang

29.9K 2.4K 30
                                    

Devan terbaring lemah diatas ranjang, tubuhnya seakan kehabisan tenaga setelah semua isi perutnya dibuang begitu saja kedalam closet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devan terbaring lemah diatas ranjang, tubuhnya seakan kehabisan tenaga setelah semua isi perutnya dibuang begitu saja kedalam closet.

"Aku bikinin teh anget ya? Siapa tau perut ka Devan bisa baikan,"

"Nggak usah," tolaknya tanpa pikir panjang.

Renata menatap bingung kearah Devan, sejak awal ia sudah memperingatkan laki-laki itu agar tidak memakan kue goyang anehnya. Tapi lihatlah, berkat kepercayaan dirinya Devan harus terbaring meringkuk sambil meremas perut, sementara keningnya dibanjiri peluh sebesar biji jagung.

"Aku bikinin sarapan ya?"

"Nggak usah,"

Renata menghela berat "Jangan ngeyel deh, pokoknya kakak harus sarapan!"

"Aku bikinin bentar ya," pamitnya, beranjak bangun.

Devan mencegat pergelangan tangan Renata, membuat gadis itu menoleh dan kembali duduk diatas ranjang.

"Kenapa?"

"Kakak mau makan apa?"

"Mie, bubur, sup atau nasi goreng?" tawarnya memberi pilihan, karena sejauh ini hanya itu saja yang bisa Renata buat.

Devan masih menggeleng, perutnya seakan diaduk dari dalam hingga membuat selera makannya menguap entah kemana.

"Kakak nggak suka masakan aku?"

"Gimana kalo aku beliin dari depan? Jadi kakak bisa istirahat, terus minum obat."

"Saya nggak papa," sahut Devan lemah.

Hembusan nafas berat terdengar lirih, ia dibuat kebingungan. Kepalanya mendadak pening, karena sikap Devan yang terlalu ambigu untuk dipahami. Tapi sebisa mungkin dia harus bersabar, karena selama ini pun Devan selalu sabar menghadapi sikapnya. Apa lagi ketika Renata mengalami perubahan mood ibu hamil.

"Kita ke dokter aja ya, biar kakak cepet sembuh. Gimana?"

Devan masih kekeh pada pendiriannya, ia menggeleng dengan mata terpejam.

"Perutnya masih sakit?" tanyanya lirih.

Renata mengambil tisu dari atas nakas, lalu menyapukannya diatas dahi lelaki itu dengan gerakan lembut.

"Hm,"

Perempuan itu menyugar pelan surai cokelat Devan, berharap dapat membantu mengurangi rasa sakitnya. Namun gerakan lembut itu justru membuat kelopak mata Devan terangkat, hingga tatapan mereka saling bertemu dan terkunci.

Devan terenyuh kala melihat senyum teduh yang membawa desiran nyaman dalam hatinya. Perlahan kedua bola matanya bergerak turun, mengamati setiap inci wajah cantik gadis di depannya. Sampai tatapannya terhenti pada bibir tipis yang nampak menggoda, hingga Devan ingin.

Argh! Inget Van, lo nggak sebrengsek itu!. Batinnya berontak.

"Masih sakit?"

Devan mengerjap "Hah?"

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang