Couvade Syndrome

35.3K 2.7K 45
                                    

Setiap kali kamu merasa sakit, aku akan jadi orang pertama yang berbagi luka itu denganmu.

_Devan Fernandes_

_Devan Fernandes_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seusai makan siang, Devan meminta Ajun dan Zani untuk mencari mangga muda. Meski sempat menolak, tapi akhirnya kedua manusia ajaib itu bersedia menolong. Apa lagi alasannya jika bukan Renata, beruntungnya gadis itu bisa diajak kerja sama.

Jadi ketika Ajun dan Zani menanyakan kebenaran soal mangga muda itu pada Renata, gadis itu membenarkan jika dirinya menginginkan mangga muda.

"Woilah panas-panas gini gue disuruh nyari mangga muda," gerutu Zani.

"Protes mulu tuh mulut, nggak berfaedah banget dah lo punya mulut."

"Ya mau nyari dimana Maemunah, sekarang bukan musimnya mangga muda. Kalo pucuk daunnya, lah itu baru muda."

"Udah deh, toh tuh bayi bakal jadi keponakan lo juga."

Ajun dan Zani berkeliling menjamah setiap rumah warga yang memiliki tanaman mangga. Tapi tidak ada satupun yang berbuah, benar apa kata Zani, yang ada hanya pucuk mudanya saja.

Ajun membungkuk, teriknya matahari serasa membakar kulitnya. Bahkan sejak tadi tubuhnya sudah basah karena keringat, belum lagi kakinya yang terasa pegal setelah berjalan 20 menit lamanya.

"Aduh, ini bener nih nggak ada mangga muda?" 

"Ya lagian gue udah bilang, ini bukan musim mangga. Di bilangin ngeyel," gerutu Zani.

"Udah deh jangan ngeluh mulu, ini itu latihan. Siapa tau aja istri lo nanti, ngidam mangga muda juga."

"Auah, gelap!"

Zani terduduk diatas aspal, beruntung diatas mereka ada pohon yang tumbuh rindang.

Ajun mendongak "Ini pohon apaan dah?"

"Toge!" ketus Zani.

"Ya elah nih orang, ngegas mulu lo!" Ajun mencibir jengah.

Lelaki bertubuh jangkung itu celingukan, mengitari pohon besar yang berselimut dedauhan hijau dan rindang diatasnya.

"Udah gue bilang itu pohon toge, malah dicariin."

"MANGGA!" pekik Ajun histeris.

"Hah? Mana?!" tanya Zani tak kalah histerisnya.

Ajun menarik kepala Zani, saking antusiasnya ia tidak peduli apa sahabatnya itu merasa sakit atau tidak. Ajun menunjuk satu titik sambil mengarahkan wajah Zani.

"Itu noh,"

Zani menyipitkan matanya "Mana sih?"

"Itu, ih bentar!"

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang