Maafin Ran, Udah Bikin Kalian Malu

40.4K 2.6K 9
                                    

Lidah lebih ringan dari pedang, tapi mampu melukai lebih dalam.

_Renata Agatha_

_Renata Agatha_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Yur, sayurr..."

"Ibu-ibu, sayur!"

"Sayur pak!" teriak Renata menghentikan grobak sayur yang melintas didepan rumah Devan.

"Silakan dipilih neng,"

Renata mengangguk dengan senyum tersungging diatas bibirnya, ia mulai memilah sayur yang ada ditangannya. Hari ini ia berencana membuat sup dan makanan pelengkap lainnya, agar Devan dan kedua temannya bisa cepat sehat.

"Neng warga sini?"

Renata mendongak, ia mengangguk "Iya pak, baru satu bulan disini."

"Oh... kok saya nggak pernah lihat ya?"

"Saya jarang keluar pak, kecuali kalo kerja."

"Ada sayur apa aja bang?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja datang dengan gerombolannya.

Renata menoleh, kepalanya dianggukkan dengan seulas senyum ramah dan dibalas senyuman oleh ibu-ibu itu.

"Tetangga baru ya?" tanya ibu dengan daster ungunya.

"Iya bu, baru satu bulan disini."

"Tinggal dimana?"

Renata menoleh pada wanita dengan hijab hitam, yang berdiri tepat disampingnya.

"Itu bu, rumah cat putih itu."

"Oh." gumam ibu-ibu itu bersamaan.

"Kok saya nggak pernah liat,"

"Ah itu,"

"Gimana mau lihat, dia kan dirumah terus." sindir ibu dengan sanggul besar.

Renata tersenyum kikuk "I... iya bu, saya cuma keluar buat kerja."

"Setau saya yang tinggal disana itu cowok deh, itu pun belum nikah." ejek ibu berbadan kurus.

"Eh, i... iya."

Renata menggaruk pelipsinya yang mendadak gatal, sekarang ia bingung harus mengatakan apa. Ini kali pertama ia berbelanja dan berkumpul dengan ibu-ibu didepannya, tapi sekalinya bertemu perkataan mereka mampu menumbangkan mentalnya.

"Mba siapanya mas itu? Kalo dilihat-lihat muka kalian nggak mirip tuh, jadi saya yakin kalian bukan saudara." selidik ibu berdaster ungu.

"I... iya bu, s... saya bukan saudaranya."

"Terus? Mba punya hubungan apa sama yang punya rumah, kalo saya perhatikan kalian selalu berduan di dalem sana."

Senyum Renata luntur, tak peduli seberapa keras usahanya mempertahankan garis melengkung itu. Perkataan yang didengarnya terlalu menyakitkan untuk dibalas meski lewat senyum.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang