2-Insiden Ban Bocor

2.6K 143 11
                                    

Jam berapa kalian baca Stres In Life?

Sebut nama dan kota kalian di sini!

Jangan lupa berikan komentar terbaik kalian!

•••Terima kasih sudah menghibur meskipun sedikit, setidaknya Tuhan tidak selalu memberikan kesedihan seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Terima kasih sudah menghibur meskipun sedikit, setidaknya Tuhan tidak selalu memberikan kesedihan seperti biasanya.
•••

"Alah sia! Kunaon si, pake bocor sagala ih," Shaka memaki motor kesayangannya, vespa metic berwarna putih itu ia tendang kecil bannya. Merasa sebal karena tiba-tiba saja mendadak bocor.

Lelaki itu merunduk, menekan ban belakang pada vespanya yang sudah sangat empuk sekali, anginnya bahkan nyaris tidak ada sedikit pun. Vespa yang biasa di panggil Si putih itu lantas ia dorong, seraya celingak-celinguk mencari bengkel terdekat namun sepertinya tidak ada.

Kesialan lagi-lagi terjadi pada Shaka, malam ini ia harus capek-capek mendorong motor, padahal dari rumah Shaka sudah sangat niat ingin berkumpul dengan Karel dan Silan. Sebenarnya bisa saja sih, menelepon Karel atau Silan untuk meminta bantuan, tapi ... Shaka yakin kalau nanti ia akan di amuk karena selalu menyusahkan.

Biasanya mereka berdua akan berkata begini.

"Bego si lu!"

Atau begini.

"Idup, lu nyusahin memulu, Shaka!"

Shaka menghela napas lelah, sudah setengah kilo meter ia mendorong Si putih namun tak ada satupun bengkel yang terlihat. Lelaki itu lantas menstandarkan vespanya, berdecak pelan lalu memilih duduk sesaat pada jok Si putih.

"Aing capek woy!" jerit Shaka yang tidak di dengar siapapun karena jalanan malam ini tampak sepi.

Di keluarkannya sebatang rokok seraya menyalakan korek api yang sudah menyala itu. Terlihat asap yang keluar dari hidung serta mulut lelaki itu. Ia merokok seorang diri, beristirahat sebentar karena kesal dan bosan tidak menemukan bengkel sama sekali.

Shaka membuang rokok yang tinggal setengah itu, ia injak sampai mati kemudian melanjutkan mendorong Si putih kembali. Ia menarik napas lalu berujar kencang.

"Shaka semangat cari jodohnya! Eh ralat, cari bengkel maksudnya," itu kalimat yang ia ucapkan untuk dirinya.

****

Malam-malam, dengan pencahayaan yang minim, perempuan bernama Tania itu duduk sendiri di kursi taman. Tanpa ponsel di tangannya.

Tania tersenyum miris, hari-harinya selalu begini, kalau tidak pulang ke rumah Alena-pasti menghabiskan waktu di luar sendiri sampai malam. Bukan di kafe apalagi di tempat keramaian. Tetapi-di sebuah taman sepi ia terduduk diam. Melihat langit-langit yang tampak cerah dengan jutaan bintang bertabur.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang