•••
Melakukan sesuatu sesukanya tanpa berpikir adalah seni menurunkan harga diri paling rendah.
•••"Puas pisan!" Shaka nyengir, ia mengelus perutnya yang terasa sangat kenyang sekali karena sudah menghabiskan dua piring cilok Mang Adi. Cowok itu tak sendiri, ia bersama Tania, Karel dan Silan. Ketiga manusia itu sengaja mampir setelah jam perkuliahan beres.
"Pedes banget sial!" ujar Silan, ia menjulurkan lidah seraya mengibas-ngibas menggunakan tangan.
"Arghh, air mana air!" decak Silan. Matanya menangkap sebotol air mineral milik Shaka yang tinggal setengah dan langsung cowok itu sambar. Membuka tutup secara kasar lalu lekas ia teguk.
"Kunaon sia? Kepedesan apa kesurupan. Riweh pisan jadi orang!" sembur Shaka.
Silan mendengkus. "Bacot, kalo ngomong jangan di campur," ujar Silan. Mendorong sepiring cilok sisa setengah enggan menghabiskan.
"Abisin Lan," seru Tania. Silan sontak mendelik pada perempuan berambut curly itu.
"Pedes banget Tan, kebakar lidah gue. Shaka anjing ngasih saus sambel kebanyakan."
"Aku di salahin masa Tan?" adu Shaka.
"Emang salah lo juga," ucap Tania tanpa membela.
"Gue nggak pernah bener di mata lo Tan. Sedih, sesedih, sedihnya orang sedih!"
Tania menatap jengah. Hubungan mereka aneh, kadang aku-kamu. Atau lo-gue. Bukan masalah penting juga jika harus di perdebatkan.
"Ini cilok enak banget. Buset serepet tetew!" Karel baru mengeluarkan suaranya. Sedari tadi cowok itu anteng banget menikmati makanan berbentuk bulat-bulat kenyal.
"Iya enak, lo yang bayar 'kan Rel?" kata Shaka.
"Untung duit gue banyak, paling kaya di antara lo pada," ujar Karel pongah.
"Serah lo, Rel. Serah. Buruan hayu cabut, gue mau ke rumah Kiya nih. Kangen parah."
Uhuk.
Cowok yang sedang menikmati cilok itu tersedak tiba-tiba. Ia menepuk-nepuk dada lalu meraih minum segera di teguk habis. Karel berdeham, menyudahi makan lalu melirik Shaka.
Shaka dengan kurang ajar malah berujar. "Ah bener, Lan! Lo udah beberapa hari kan nggak ketemu Kiya? Sana bucin, lo berdua tuh cocok banget ih!" Shaka sengaja mengompori Karel.
"Lebay banget lo Shak," Silan merasa sebal di goda begitu.
Tania mengembuskan napas, posisi Tania yang sudah tau membuat ia merasa terheran akan pertemanan tiga lelaki di dekatnya ini. Shaka dan Karel terlalu menganggap remeh masalah perselingkuhan ini. Silan, tentu saja korban dari alur yang di ciptakan Kiya dan Karel.
"Gue ikut Lan," perkataan Karel membuat Shaka memelotot, cowok itu langsung merangkul Karel seraya memiting pelan dan berbisik.
"Gue potong titit lo mau?"
"Nggak!" Karel bergidik takut.
"Shaka!!!" semua atensi buyar dengan kedatangan Sanres yang asal menyerobot masuk di sela-sela Shaka, Tania, Karel dan Silan. Perempuan berambut blonde itu menarik kursi plastik dan duduk di depan Shaka persis.
"Anak anj, ngapain si lu?" Shaka sewot.
Sanres tak menjawab, ia melirik Tania tajam dan menyeringai, lalu kembali menatap wajah Shaka dengan sangat dekat. Perempuan itu dengan nekat langsung menyambar bibir Shaka membuat semua terkejut bukan main dengan aksi yang Sanres lalukan. Beruntung hanya ada mereka tanpa orang lain di sini. Mang Adi baru saja pergi mengantar pesanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...