45- Tragedi jalan raya

600 44 4
                                    

•••
Melihatmu terluka, aku adalah salah satu manusia yang ikut menderita.
•••

"Kusut banget, nih minum," lelaki gondrong dengan outfit serba hitam itu menyodorkan sebotol minuman bersoda untuk temannya yang sejak awal terlihat murung. Silan menghela napas seraya duduk di sebelah Shaka.

"Masalah apalagi yang lo hadapi?" tanya Silan seraya membuka minuman bersoda yang ia beli.

Shaka membuang napas sedih, ia melihat sekelilingnya terlihat ramai sekali. Nyatanya kantin Universitas bukan hal yang bagus kalau ia mencari tempat tenang untuk sekarang.

"Masalah cewek ya?" terka Silan. Cowok itu terkekeh meledek. "Gue pernah sekacau itu sebelum se bodo amat sekarang, Shak. Tapi buat berdamai dengan Karel dan Kiya masih sulit rasanya," ungkap Silan membuat Shaka menatapnya lurus.

"Konsepnya beda, Lan. Di sini problemnya gue yang buat Tania sakit," kata Shaka.

"Tuh," Silan menunjuk perempuan yang baru datang bersama Fadhlan. "Tania kan? Dia keliatan santuy banget."

Shaka berdecak keras. "Tania ngocol, aing kan cemburu liat dia sama cowok jelek itu."

"Lo yang jelek Shaka," ucap Silan enteng.

"Dih? Lo bukan temen gue Lan!" decak Shaka sebal.

"Lah? Emang lo bukan temen gue, najis ah temenan sama lo mah."

"Monyet!" sembur Shaka dan beranjak dari duduknya. Cowok itu berjalan mendekati Tania yang duduk di meja ujung kantin.

"Pasti mau drama," tebak Silan seraya melihat pergerakkan Shaka yang semakin dekat dengan Tania.

Perempuan pemilik rambut curly dengan jepitan bunga daisy di kepalanya itu tersentak tatkala Shaka dengan tiba-tiba duduk di hadapannya dengan rusuh.

"Ngapain lo?" sembur Tania membuat Fadhlan mendelik. Ia tak tau mengapa Tania sejutek ini terhadap Shaka. Fadhlan rasa, ada sesuatu yang belum ia ketahui.

"Aku nggak suka kamu bareng Fadhlan jelek," kata Shaka jujur.

"Apa sih lo?! Aneh banget, pergi sana," Tania mengusir secara terang-terangan.

"Tan—"

"Gue ga mau ngomong sama lo, pergi atau gue siram pake es teh?" ancam Tania membuat Shaka memanyunkan bibirnya.

"Kalo aku pergi nanti kamu sedih Tania."

"Gue gampar muka lo ya Shaka?" .

Fadhlan meringis, Tania terlihat marah sekali dengan adanya kehadiran Shaka di sini. Namun ia pun bingung harus berbuat apa. Alih-alih mau mengobrol santai, justru suasana menjadi tak enak begini.

"Aku kangen sikap manis kamu Tan," kata Shaka berani.

"Anjing lo," sentak Tania kasar.

Shaka menggaruk tengkuk canggung, Tania benar-benar beda 180 derajat. Cowok itu sungguh harus memutar otak bagaimana caranya agar Tania kembali baik padanya.

Mengeluarkan rokok dari saku, Shaka hendak menyesap sebatang rokok karena penat di kepala. Belum sempat ia hidupkan pematik, sebungkus rokok beserta sebatang rokok di tangan Shaka langsung di rampas oleh perempuan berkucir kuda.

"Dilarang ngerokok di area kampus Shaka!" ultimatum Farhana.

Tania menghela napas panjang. Perempuan itu mengerutkan kening tak suka seraya memperhatikan interaksi Farhana dengan Shaka.

"Apa si Far? Gak ada dosen di sini, kalem aja sih. Kembaliin rokok gue buru, gak punya duit lagi buat beli," ujar Shaka.

Farhana langsung mendelik tajam. "Shaka!"

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang