•••
Nyatanya, memaafkan mantan adalah hal yang wajar, meskipun dulu pernah membangsatkan.
•••Hal yang jarang sekali Shaka lakukan adalah berada di sebuah kafe. Lelaki itu terus menggerutu seorang diri seraya memainkan ponselnya. Jangan tanyakan mengapa Shaka ada di kafe ini kalau bukan karena-Sanres.
Semalam mantan pacarnya itu menghubungi Shaka untuk bertemu. Shaka hendak menolak namun Sanres memaksa untuk Shaka datang ke kafe yang sekarang ia berada.
"Tuh, kan! Cewek mah gitu, lama!" Shaka mengomel. Lelaki itu terperanjat tatkala ada getaran di tubuhnya yang berasal dari ponsel di saku kanannya.
"Eh, hape Tania bunyi," lelaki itu malah cekikikan ketika merogoh sakunya dan mandapati ponsel Tania. Karena semalaman ponsel Tania ada di Shaka.
"Fadhlan?" kening Shaka mengernyit, lelaki itu lantas menggeser tombol berwarna hijau dan lekas menempelkan beda pipih tersebut ke daun telinganya.
"Kunaon sia?" sembur Shaka membuat orang di seberang sana terkejut.
"Shaka? Kok hape Tania di elo? Mana Tania?"
Shaka menyenyeh, ia mendecap malas. "Kepo ih,"
"Gue serius, Shaka! Dari malem susah di hubungin sekarang malah elo yang angkat."
"Huhh," Shaka meniup, membuat Fadhlan berdecak kesal.
"Shaka! Mana Tania?"
"Gue gagu, ga bisa ngomong, bye." Shaka tertawa geli, puas menggoda Fadhlan. Lagian, bawel sekali. Di masukkan lagi ponsel Tania ke dalam sakunya. Hari ini ia akan mengembalikan ponsel perempuan itu. Salah Tania juga yang tidak mencarinya, padahal ponsel 'kan barang yang sulit lepas dari manusia zaman sekarang.
"Sorry, lama. Lo udah dari tadi, ya?"
Shaka mendongkak, ia mendengus melihat kedatangan perempuan pemilik rambut blonde yang kini sudah duduk di depannya.
"Bikin alis berapa jam si?"
Sanres cemberut mendapat pertanyaan itu. "Apa sih, Shak. Tadi macet."
Lelaki itu menyeruput minumannya yang tinggal setengah, meletakkan ponsel yang awalnya di genggam sekarang berpindah di atas meja. Shaka menatap Sanres, menunjuk minumannya lalu beralih menunjuk perempuan itu.
"Minuman gue lo yang bayar, karena udah bikin gue nunggu lama."
Sanres terkekeh lucu. "Iya, kalau mau, pesen lagi aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...