•••
Tidak ada yang salah dengan manusia, hanya saja ekspetasi yang mengatur bentuk patah hati.
•••Kelap-kelip lampu berwarna-warni membuat cowok yang baru datang dan berdiri di ambang pintu masuk itu mengernyit dalam.
Ia menghela berat tatkala seorang perempuan dengan senyum semringah melambai ke arahnya. Shaka berdecak—berjalan menghampiri Sanres yang sudah duduk anteng di meja bar seraya bersenandung mengikuti alunan musik keras dari dancefloor.
"Hi handsome, nice to meet you again," ujar Sanres kala melihat kedatangan Shaka.
"Bacot!" balas Shaka. "Gue nggak ngerti inggris bego."
"Sshhtt, jangan kasar sama aku," kata Sanres.
"Buruan minum! Gue liatin sampe lo kayang," Shaka berkata pedas.
Perempuan yang memakai singlet putih, dengan rambut blondenya yang panjang di padu topi berwarna merah itu terkekeh kecil lalu menarik Shaka agar duduk di sampingnya.
"Mau Bir atau wiski?" tawar Sanres tersenyum. Ia mengangkat gelas bening berukuran kecil lalu di minum sekali teguk.
"Manis Shaka," ucapnya seraya membelai rambut cowok Sunda itu.
Musik semakin kencang dan Shaka merasa risih setiap matanya melihat banyak perempuan dengan pakaian hampir terbuka selalu berkedip padanya. Apa ia seganteng itu sampai membuat seluruh atensi mereka terfokus?
Shaka menggeleng melihat Sanres yang dengan semangat menuangkan minuman beralkohol itu berkali-kali dan meneguknya dengan rasa senang. Melihat cairan yang masuk ke dalam gelas membuat Shaka menelan salivanya berat.
"Mau?" tawar Sanres seraya menyodorkannya pada Shaka.
"Mbung!" tolak Shaka keras dan Sanres hanya tertawa remeh seraya meneguk lagi namun memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...