32- Tulip untuk Tania

596 47 0
                                    

••
Jahatnya manusia, sudah di kejar sepenuh hati namun malah pergi tanpa tau diri.
•••

Tania dan Pinat lekas masuk ke dalam rumah Kiya dan mencari kamar perempuan itu. Hari ini Kiya tidak masuk kelas tanpa memberi kabar pada Tania ataupun Pinat. Kedua perempuan itu berinisiatif langsung menghampiri salah satu sahabatnya yang sulit sekali di hubungi.

"Ki?" Pinat mengetuk-ngetuk pintu kamar Kiya, keadaan rumah ini sepi dan sunyi sekali.

"Lo di dalem kamar Ki?" ujar Tania.

Prang.

Suara pecahan benda yang menubruk lantai itu membuat Tania dan Pinat terperanjat di tempat. Tanpa menunggu Kiya membukakan pintu mereka pun langsung menyelonong masuk yang sialnya pintu tersebut tak di kunci sedari awal.

"What the fuck! Kiya lo kenapa?!" Pinat berseru kencang. Mata perempuan itu membulat terkejut melihat isi kamar Kiya yang sudah sangat berantakan.

"Ki," seru Tania. Perempuan itu duduk di sebelah Kiya yang tampak kacau seraya menyingkirkan serpihan beling dengan cara di dorong menggunakan sapu lantai.

"Gak gini caranya," Tania menghela napas perlahan.

"Lo itu lagi kenapa sih, Ki? Kenapa kayak orang gak waras gini lo?!" bentak Pinat yang belum mengetahui inti masalahnya.

"Gue di putusin Silan!" jerit Kiya frustrasi.

"Itu kan salah lo," sahut Tania.

"DI PUTUSIN SILAN? KURANG AJAR TUH COWOK! DIA APAIN LO SAMA DIA, KI? BILANG GUE! DIA SELINGKUH?!" ujar Pinat berapi-api.

"Kiya yang selingkuh!" ungkap Tania.

"HAH?! LO YANG BENER DONG!"

"Kiya selingkuh sama Karel," mendengar itu Kiya makin menangis sejadi-jadinya.

Perempuan berambut keriting yang memaki kaus berwarna sky blue itu berkacak pinggang seraya memegang kepala. Ia menatap Kiya tak percaya.

"Lo gila, Ki. Sumpah, kenapa lo lakuin ini sama Silan? Sejak kapan?"

"Udah, gak usah di perjelas. Kalo ini kesalahan lo, ngapain lo sekacau ini, Ki?" tanya Tania, perempuan itu mendesah bingung.

"Gue ... nyesel, Tan. Dan gue bingung, gue sayang Karel tapi gue juga gak mau kehilangan Silan."

"Anak anjing," umpat Pinat marah. "Siapa yang ngajarin lo kayak gitu? Mikir, Ki. Selama ini Silan selalu ngetreat lo layaknya ratu. Tapi lo malah bersikap sampah kayak gini."

"Pin, tahan emosi lo," ultimatum Tania.

"Tan! Dia temen kita! Tapi Kiya mana pernah cerita masalah fatal kayak gini?"

Tania mengelus bahu Kiya yang masih saja bergetar itu. "Hubungan lo sama Silan emang harus selesai, Ki. Silan gak pantes nerima ini, lo udah ngesex sama Karel. Jadi, gak ada yang perlu di perbaiki antara lo sama Silan."

"SETAN LO KI!" maki Pinat. "ARRGHH LO GAK WARAS BANGET!" Kiya terus-terusan menangis sesegukkan.

"Pikirin kesalahan lo!" tekan Pinat pada Kiya. Lantas perempuan itu menarik lengan Tania. "Ayo Tan cabut. Gue gak bisa lama-lama."

"Pin," tegur Tania tak enak hati.

"Kiya harus mikir Tan,"

Tania mengembuskan napas kasihan melihat kondisi Kiya yang hancur sekarang. "Gue pergi dulu, Ki. Jangan ngelakuin hal-hal aneh."

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang