•••
Semoga kita memang takdir bukan hanya sekedar saling hadir. Semesta tolong jadikan kita masing-masing untuk menjadi yang terpenting.
•••Selesai kelas berlangsung, Shaka tanpa aba-aba membawa Tania dan mengajak perempuan itu pergi ke sebuah pantai yang nyaris tidak ada seorang pun di sana. Entah mengapa hati laki-laki Sunda itu terketuk ingin mengajak Tania agar merasakan healing yang mungkin memang di butuhkan untuk perempuan yang kini sudah berdiri di ujung bibir pantai seraya merentangkan kedua tangannya.
Shaka tersenyum simpul, ia berjalan mendekati Tania. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan yang sulit di definisikan tatkala sudah bersama Tania. Hati Shaka menghangat kala senyum Tania terbit dengan indah di wajah perempuan yang selalu menampilkan kejutekannya itu.
"Bilang apa dulu sama Aa Shaka?" ujar Shaka, berkelakar membuat Tania mendecap jengah.
"Aa?" ulang Tania. "Geli banget Shaka!"
Rambut Tania beterbangan akibat kencangnya angin, tangan Shaka dengan refleks merapihkan rambut Tania ke belakang telinga agar tak mencolok mata.
"Cantik banget ya lo, Tan."
Degup jantung Tania tak karuan seketika, darahnya berdesir hanya karena perlakukan Shaka yang terbilang sederhana namun mampu memberikan kesan manis bagi Tania.
Ia berdeham, membuang arah pandang yang semula menatap Shaka kini beralih menatap lurusnya air laut yang tenang di padu dengan pacaran sinar senja yang kian terlihat.
"Lo seneng 'kan gue ajak ke sini Tan?"
"Mmm ... seneng sih, makasih ya. Tumben banget lo ngajak gue ke pantai sampe rela pinjem mobil Karel."
Shaka semakin menatap Tania dalam. "Sesekali gue mau buat orang yang gue sayang bahagia. Meskipun gak seberapa sih."
Menolehkan kepala, kedua alis Tania terangkat. Ia agak terkejut mendengar sebuah kalimat barusan terlontar dari mulut Shaka.
"Lo gak lagi salah makan 'kan Shak?" ujar Tania.
Menggeleng, lelaki itu tertawa pelan. "Nggak, siang tadi gue makan cilok Mang Adi, minumnya es kelapa."
"Gue salah ya ngomong kayak gitu ke elo?" lanjut Shaka memastikan. Tania malah bergeming macam orang tolol.
"Duduk yuk, gue pegel deh berdiri mulu." Shaka memilih duduk di pesisir, ia menarik lengan Tania dan perempuan itu turut duduk di sebelah Shaka.
"Tan ..."
"Hm?" sejujurnya Tania bingung harus merespon apa.
Shaka menyerongkan posisi duduknya, ia menarik napas lalu berujar. "Tan, gue suka sama lo nih. Kira-kira ... lo mau nggak jadi pacar gue?"
Perempuan anti keju itu justru menelan saliva tiba-tiba, ia beralih menatap Shaka lekat-lekat dan menjawab sesantai mungkin. "Katanya pantang pacaran sebelum halal," sindir Tania. Menahan tawa, kalian masih ingat kan perkataan Shaka yang tidak mau pacaran?
Lelaki itu mengangguk lugu. "Iya! Cuman takut keburu lo di ambil orang. Jadi gue ganti aja ... Pantang jomblo kalo dapet Tania!"
Di rasa cukup lucu Tania tertawa ringan, ia mengembuskan napas pelan. Masih terasa aneh dan tidak di sangka bahwa seorang Shaka menyatakan rasa di sore ini.
"Tan, jawab atuh!"
"Gue harus jawab apa?" ujar Tania membuat Shaka berdecak sebal.
"Tinggal jawab 'iya' doang apa susahnya ih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...