27- Curiga

513 47 0
                                    


| Rizky Febian, Ragu |

•••
Semuanya sudah sangat lelah namun tak ada pilihan untuk menyerah. Pada dasarnya seni sederhana melukai diri adalah bertahan pada kejamnya kehidupan.
•••

"Gue benci semua ini!"

Perempuan malang yang sejak satu jam berjalan sendirian di trotoar jalan itu terus menyeka air mata yang hendak keluar. Tania memejam penuh sesak terus-terusan di perlakukan layaknya boneka oleh mamanya sendiri.

Di tengah larutnya malam Tania berada di luar, dengan pakaian minim akan bahan perempuan itu memeluk diri sendiri. Sani hampir saja menjual Tania pada dua laki-laki sekaligus malam ini. Beruntung, Tania bisa melarikan diri meskipun ia sempat terjerembab dan mengakibatkan luka di bagian lutut.

"Tuhan, kenapa Tania nggak pernah ngerasain hangatnya sosok ibu?" rancau Tania. Kaki jenjang itu terus melangkah tak tentu arah.

"Kenapa Mama jahat banget sama Tania? Boleh Tania minta pulang ke pangkuanmu, Tuhan? Tania beneran capek! Capek harus pura-pura di depan semua orang!"

Ia terjatuh, lututnya terasa lemas dengan kepala yang semakin pusing. Tania meremas dadanya akibat rasa sesak yang begitu dalam dan kemudian beralih menjambak rambut seraya berteriak keras.

"ARRGGHHH! GUE BENCI HIDUP GUE!"

"Astaga Tania?" saking merasa hancurnya, Tania tak mengidahkan sama sekali kehadiran Farhana yang entah sejak kapan. Tania cepat-cepat menghapus sisa air mata tanpa jejak.

"Gue sampe nggak ngenalin ini elo, Tan. Are you okey Tania?" pertanyaan bodoh. Sangat jelas Farhana melihat keadaan kacau Tania tetapi malah bertanya begitu.

"Gue gapapa."

"Lutut lo luka."

"Enggak sakit."

Farhana menghela napas panjang, ia tadi tidak sengaja melihat perempuan berdiam diri di jalanan tengah malam begini. Tanpa rasa takut Farhana memilih menghampiri namun di buat terkejut oleh sosok Tania.

"Lo kenapa di jalanan kayak gini Tan?"

Tania menatap Farhana lurus dan malah melontarkan pertanyaan. "Lo sendiri ngapain keluar malem-malem gini?"

"Gue dari rumah, abis ngerjain proposal tapi perlu revisi. Makanya gue mau ke kost Karel sekarang. Gue satu kelompok sama dia soalnya," papar Farhana.

"Hati-hati," pesan Tania, perempuan itu lantas berdiri. Ingin pergi namun di tahan oleh Farhana.

"Lo mau kemana? Biar gue anter pulang, bahaya banget lo jalan kayak orang gak punya tujuan."

"Tujuan gue mati."

Farhana terperanjat mendengar jawaban Tania. Perempuan berkucir kuda itu berdecak lalu menarik lengan Tania agar langsung naik ke atas motornya.

"Gue anter lo pulang Tan."

"Gue enggak mau pulang!"

****

Shaka tak henti-hentinya mengoceh tatkala Farhana datang bersama Tania dalam kondisi jauh dari kata baik. Ia tak habis pikir mengapa Tania bisa dalam keadaan seperti ini. Bukan sekali dua kali, namun sangat sering ia melihat Tania yang seperti sekarang.

"Kamu kalo ada apa-apa cerita, Tan. Jangan bikin orang khawatir. Gimana kronologinya sampe lutut kamu luka begini?"

"Nggak sengaja jatuh," respons singkat Tania.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang