•••
Siapapun kamu, itu tetap jalan hidupmu. Tak perlu mencampuri yang bukan hak sebagian manusia di muka bumi.
•••"Puas kamu bangun jam segini?"
Shaka yang baru keluar kamar itu merentangkan tulang-tulangnya. Seharian ia tidur dan setelah bangun ternyata sudah pukul empat sore. Ia cengengesan menatap Ibu yang sedang menata makanan di atas meja. Cowok itu duduk, menuang segelas air lalu di teguk habis.
"Shaka teh kebablasan, Bu."
"Bukan kebablasan, kamu emang kalau tidur udah kayak orang mati. Capek Ibu bangunin kamu. Sekarang malah nggak masuk kelas 'kan? Nilai-nilai kamu Shaka, astagfirullah banget." Ibu mengomel. Shaka hanya anteng mendengarkan yang masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
"Maap Ibu, ih. Semalem Shaka begadang nonton film. Jadi—"
"Film apa?" Ibu menyela cepat.
"Film ... Ya atuh film bucin!" terang Shaka mantap.
Ibu melirik sinis, wanita itu antara percaya atau tidak dengan putranya ini. Shaka kadang banyak bohong, Ibu jadi malas.
"Cepet mandi, terus makan."
"Perhatian banget deh, Ibu. Shaka makin sayang, lopyou pulll buat Ibu negara ini."
"Kamu dewasa umur doang soalnya, pikiran kamu mah masih bocah."
Shaka merengut, pura-pura ngambek tapi Ibu tak mengidahkan. Menyebalkan sekali!
"Shaka ...," ujar Ibu menjeda. "Ibu rasa, uang di ATM yang selama ini di berikan ayahmu memang harus di pake."
"Buat apa, Bu? Shaka nggak mau ah."
"Kasihan ayah, Shaka. Dia kerja juga buat kita, lagian itu rezeki dari Allah. Masa di biarin aja, mau sampai kapan?"
Shaka mengembuskan napas. "Ya, tapi 'kan ayah jahat. Dia ninggalin kita berdua doang. Shaka sebel, Bu."
"Shaka," Ibu memperlembut suaranya. "Kalau bukan karna ayah, Ibu gak mungkin punya kamu. Jadi, jangan gitu ya, Nak? Ayah nggak jahat, semua karna keadaan aja yang kurang baik."
Masa iya Shaka harus membantah lagi kalau Ibu sudah bertutur lembut begini? Nanti kesannya, Shaka anak durhaka lagi. Dengan berat hati cowok itu mengangguk. Ibu senang dan tersenyum lebar.
"Shaka emang anak ganteng Ibu!"
"Ibu baru sadar? Dih, parah."
Suara getaran ponsel dan nada dering membuat Shaka menilik benda pipih itu yang sedari tadi di samping tangannya. Ia tersenyum semringah melihat nama Tania yang tertera di sana. Dengan semangat, cowok itu mengangkatnya.
"Dengan Shaka Okta Aldian, anak Ibu paling ganteng. Ada yang bisa di bantu?"
Ibu yang mendengar itu cuma terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...