21-Di pukul habis

611 48 3
                                    

•••Tanpa jeda, rasanya lelah terus-terusan di siksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Tanpa jeda, rasanya lelah terus-terusan di siksa.
•••

"Fadhlan homo,"

"HAH?"

Karel dan Silan sontak terperangah mendengar ungkapan Shaka barusan. Cowok Sunda yang baru tiba di kosan Karel itu menyundut sebatang rokok lalu ia sesap dengan senang. Setelah mengantarkan Tania pulang, Shaka memang sudah berniat untuk berkumpul bersama kedua sahabatnya.

Silan beringsut dekat Shaka, cowok berambut gondrong itu menggeplak kepala Shaka. "Lo yang bener?!"

Shaka mendengkus. "Bener!"

"Tau dari mana lo, Fadhlan homo? Ah, ya kali, Shak." Karel belum percaya.

Cowok itu mengembuskan napas di barengi dengan asap putih yang keluar. Ia bergidik kala mengingat kejadian yang ia lihat bersama Tania sore tadi. Menggelikan sekali.

"Aing liat di kampus, sama Tania."

"Dia lagi ngapain?" Silan makin kepo.

"Cipokan," kata Shaka, masih tak habis pikir.

"Anjing. Fadhlan ada masalah apa si sampe suka sesama batang," ujar Karel merasa jengah.

"Sama siapa partnernya, Shak?" tanya Silan. Serius membahas mengenai Fadhlan.

"Reiki, demi Allah gue liat ih. Mata gue kotor."

"Bangsat!" umpat Karel, geleng-geleng kepala. Ia meneguk sekaleng fanta, tiba-tiba otaknya blank.

Gimana enggak terkejut? Ini Fadhlan dan Reiki masalahnya. Dua cowok pintar, terkenal ramah dan mempunyai jiwa pemimpin. Ternyata belok. Duh, Karel jadi menerka-nerka, apa di Universitasnya banyak yang semacam itu?

"Asli, kok bisa mereka punya hubungan dan rapet banget nutupnya?" ujar Silan. "Terus Rei pacaran sama Sanres apa tujuannya?"

Karel mengangguk antusias. "Ngeri-ngeri. Reiki kaga suka tete ternyata."

"Sukanya kon—"

Bugh.

"Aduh," Silan mengaduh kala Shaka menonjok perut lelaki itu. "Sakit setan!"

"Jangan bahas terlalu dalem. Ini bukan urusan kita, ya udah. Kalo udah tau, diem aja. Dosa kita sama-sama banyak. Jadi gak bagus kalo harus mojokin Fadhlan sama Reiki. Mereka masih punya sifat baik," Shaka bertutur. Silan dan Karel lantas berdecak takjub.

"Tumben otak lu lurus."

"Biasanya miring."

Shaka berdecak kasar. "Babi lu pada!"

Silan mendesah pelan, ia menilik Karel dan Shaka bergantian. Menyingkirkan asbak di depannya karena agak mengganggu. Barulah ia berucap.

"Gue simpulin. Reiki, pacaran sama Sanres buat menutup jati diri dia yang gay ini. Secara, Rei itu 'kan aktif banget di himpunan jurusan, calon presma ya gak sih? Jadi, biar ga ada yang curiga, dia pacarin Sanres. Dan, mantan lo, Shak. Mau aja deh. Alhasil Sanres ninggalin lo dulu."

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang