29- Pengakuan

633 45 1
                                    

••
Semua orang punya otak dan tidak semua orang punya perasaan.
•••

Alena tengah menimang-nimang Bumi agar lekas terlelap tidur, anak kecil itu jadi sulit tidur karena kedatangan Shaka yang mengesalkan dan selalu menggoda Bumi.

"Eh, eh merem, utu-utu, gemoi banget anak Papi Shaka."

"Gue tabok muka lu ya Shaka!" geram Alena yang mau menggagalkan tidur anaknya.

"Galak banget ibu muda ish."

"Tan," adu Alena. "Cowok lo sumpel ke mulutnya. Udah jam berapa nih? Kasian Bumi udah ngantuk masih aja di ledekin Shaka."

Tania yang tengah bertukar pesan dengan Pinat menggusah napas. "Mau di sundut mulutnya?" Shaka refleks membekap mulut seraya menggeleng takut.

"Aih gelo kamu, nanti mulut aku gak seksi lagi gimana? Mau gitu punya pacar suing?"

"Stres," komentar Alena.

"Lo!" balas Shaka sengit.

"Udah, Len. Bawa aja Bumi ke kamar sana. Di sini makin pusing nanti kepala lo karena Shaka," tutur Tania.

"Aih jahat." Shaka berujar nelangsa.

"Lagian ngapain si lo ke sini malem-malem!" Alena masih saja sewot dengan cowok absurd itu. Apalagi sekarang Shaka pacar dari sahabatnya. Banyak-banyak sabar deh.

"Baru jam sembilan, masih sore tau Ibu mudaku."

"Serah lo Shak," putus Alena. Perempuan anak satu itu berangsur pergi dari ruang tamu. Menyisakan Tania dan Shaka berdua.

"Kamu nggak mau pulang ke rumah Tan?" ujar Shaka, cowok itu menaikkan kaki ke atas sofa seraya ia silangkan.

"Emang harus banget?"

Shaka mengernyit. "Kok gitu ngomongnya?"

"Rumah Alena 'kan rumahku juga."

Cowok itu nyengir. "Mau bikin rumah tangga tidak Bu?"

"Ngaco!" decak Tania. Shaka menimpalinya dengan kekehan ringan.

"ASTAGA!" pekik Shaka membuat Tania terperanjat dengan mata mendelik.

"Apaan sih? Jangan teriak-teriak gak enak sama tetangga kalo kedengaran."

Meringis, cowok itu menggaruk tengkuk seraya meminta maaf pada gadisnya. Ia menepuk kedua paha Tania lalu berucap serius.

"Ada yang mau aku omongin, Tan. Penting!"

"Tinggal ngomong aja, kamu kan punya mulut."

Shaka berdecak. "Santai dong tuh mulut, sowot amat sama pacar sendiri. Aku pergi nanti kamu nangis-nangis sambil pasang story galau."

"Mau ngomong apa?" Tania sama sekali tak menggubris yang di bilang Shaka barusan.

Menghela napas panjang, cowok itu mendengus sebentar kemudian berkata. "Temen kamu Kiya, selingkuh dari Silan."

"Yang bener kamu kalo ngomong?"

"Emang muka aku mirip badut sampe di bilang bercanda?!"

"Mirip setan," tandas Tania membuat Shaka menepuk kening perempuan itu gemas.

Kembali serius, Shaka berdeham pelan. "Aku liat sendiri, Kiya selingkuh sama ... Karel, Tan. Di kosan Karel!"

"Jangan punya persepsi sendiri Shaka."

"Aih! Aku liat mereka lagi begitu sayang."

"Begitu?" heran Tania.

"Ya begitu ih."

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang