25- Eccedentesiast

620 49 2
                                    

| Hai! Aku kembali wkwk, udah lama banget nggak update. Gimana seneng nggak Shaka Tania balik lagi? Buat yang lupa alur, bisa di baca ulang ya^^ |

...
Menutupi luka dan kesedihan adalah hal paling menyenangkan untuk menipu semua orang.
...

"Tania, Tania, tunggu atuh! Jangan asal nyelonong gitu heh!"

"WOI TANIA!" Shaka berteriak keras kala Tania tak mau menghentikan langkah kakinya. Perempuan itu seakan menulikan pendengaran ketika Shaka berseru kencang.

Tepat di parkiran Shaka langsung merampas lengan Tania, mencegah perempuan berambut curly itu agar mau menoleh ke arahnya.

"Di panggilnya budek banget dih," ujar Shaka sebal.

"Ngapain si lo?" balas Tania jengah.

"Gue mau minta maaf buat ... yang semalem gak jadi jemput lo. Gue ingkar janji Tan."

"Gak ngurus dan gak peduli juga."

Shaka berdecak keras. "Lo pasti marah kan sama gue? Sumpah Tania, gue gak ada maksud gimana-gimana. Semalem itu Sanres yang bikin ribet."

"Di bilang gue nggak ngurus, Shaka. Itu terserah lo. Cuman, satu! Jangan bikin orang nunggu, kalo nggak bisa sekiranya kasih kabar."

"Iya, maaf, maaf. Udah dong, jangan ngambek lagi."

Alis Tania terangkat sebelah. "Siapa yang ngambek?"

"Heleh, kalo nggak ngambek gak mungkin pura-pura budek."

Tania mendengkus kecil, makin hari Shaka itu makin rewel. Tania seperti hilang akal kalau sudah bersama cowok Sunda ini.

Shaka lantas mendelik, ia berseru heboh tatkala menyadari kening Tania yang terdapat plester berwarna cokelat yang menempel di sana.

"Astaga, jidad lo kenapa?"

"Bukan apa-apa,"

"Gue nanya serius Tania!" kekeh Shaka.

"Bocor."

"Pake nodrop," kata Shaka, nyengir membuat Tania memelotot marah.

"Bercanda," lanjutnya. "Kok bisa bocor sih? Gimana ceritanya, lo itu hobi banget koleksi luka di fisik."

"Berisik banget lo Shaka!"

Tania hendak beranjak pergi, namun niatnya terurung ketika melihat wanita yang tengah berdiri di depan gerbang kampus seraya mengobrol dengan salah satu satpam di sana. Panik, Tania membalik badan kembali, ia tak bisa tenang ketika tau ada mamanya di sana.

Sial! Untuk apa Sani sampai mendatangi Tania ke kampus begini? Tak puaskah ibunya itu membuat Tania malu?

Kening Shaka mengernyit dalam, ia menyadari ekspresi Tania yang semula agak bete karenanya justru sekarang terlihat seperti orang ketakutan.

"Tania lo kenapa pucet gitu?"

"Gue gapapa," sergah Tania cepat.

"Tapi muka lo—"

"Bawa gue pergi dari sini Shaka!" ujar Tania menginterupsi.

"Aih atuh kemana?" Shaka jadi ikutan bingung dan aneh.

"Kemana aja!"

"Jangan gitu, gue mendadak bego kalo di suruh kemana aja. Nggak tau,"

Tania mendecak gelisah. "Ke rumah lo!"

Meski membingungkan Shaka tetap menurut, ia mengeluarkan Si putih dari deretan motor lainnya. Menyuruh Tania agar segera naik dan perempuan itu pun menurut.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang