Note : Bacanya pelan-pelan, semoga engefeel. Aamiin!
•••
Begitu sulit menerima kenyataan bahwa kita sudah tidak lagi sama-sama. Di pisahkan oleh kematian adalah rasa sakit dan luka paling dalam yang pernah aku rasakan.
•••Satu minggu telah berlalu, dan Tania masih sulit menerima takdir yang Tuhan berikan. Hidupnya selalu di tinggalkan orang-orang yang ia sayang.
Perempuan yang memakai hoodie hitam serta kepala yang di tutup dengan topi itu mengembuskan napas. Dadanya selalu saja sesak kala mengingat wajah Shaka yang sampai kapan pun tak akan pernah bisa hilang dari bayangannya.
Kenangan mereka terlalu manis namun berakhir dengan pahit.
"Ka, sekarang Si putih sama aku terus." Tania mengusap spidometer vespa kesayangan Shaka yang sekarang menjadi tanggung jawab Tania untuk selalu merawat dan menjaganya.
Ia menstandarkan vespa itu lalu turun menghampiri penjual cilok bernama Mang Adi. Cilok favorit Shaka semasa hidup.
Kematian Shaka sudah tersebar luas seluruh kampus bahkan Mang Adi pun belum bisa percaya kalau pelanggan setianya sudah tiada.
"Mang, ciloknya satu porsi." Suara Tania bergetar kala memesan. Si penjual pun meringis melihat siapa yang membeli.
"Si eneng, duduk dulu atuh, biar saya buatkan."
Mata Tania memanas, dadanya semakin terhimpit dan sesak mendalam. Biasanya Tania selalu duduk bersebelahan dengan Shaka, biasanya Tania selalu tertawa akan tingkah Shaka, dan biasanya Tania selalu kesal dengan tingkah random Shaka. Mirisnya sekarang ia sudah kehilangan itu semua.
"Ini Neng," Mang Adi memberikan sepiring cilok dan Tania menerima dengan berat.
Ia menatap makanan bulat-bulat itu dengan bayang-bayang Shaka memenuhi pikirannya.
"Kalo lagi kangen aku, makan cilok aja ya!"
"Kenapa harus cilok? Kan kalo kangen tinggal ketemu."
"Semisal aku lagi gak di samping kamu."
"Kamu—nggak akan ninggalin aku kan?"
"Nggak akan! Sampai kapan pun, Shaka anak Ibu selalu ada buat Tania cantik!"
Air mata Tania luruh tak tertahankan, ia terisak dan tak ada selera untuk memakan cilok yang ada di tangannya. Hati Tania benar-benar hancur di tinggalkan oleh Shaka.
"Shaka ...," lirih Tania. "Aku kangen kamu. Katanya, kamu nggak akan ninggalin kan Ka? Mana, kamu bohong."
Tania sesegukan, ingatannya terus berputar tentang Shaka.
"Kuat banget si lo sama rokok."
"Enak pisan, Tania! Tapi lo gak boleh coba."
"Nanti lo mati!"
"Nggak bakal mati."
"Nyatanya, kamu sekarang pergi Shaka." Tania menunduk dalam.
"Neng?" Mang Adi agak panik melihat Tania menangis sesegukan. Pria itu menepuk bahu Tania pelan.
"Neng kalo gak baik mending istirahat aja, jangan di paksa."
Tania masih menangis. "Berat banget, Tania nggak kuat."
"Hidup itu tergantung takdir, bukan rencana. Eneng harus iklas ya."
"Terima kasih."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Stres In Life
General FictionKita sebatas mengejar bahagia dengan cara sama-sama terluka. ( Warning ⚠ violence, profanity, gay and sexuality 18+) --- "Lama-lama, saya bunuh kamu!" "Arrgghhh." --- "Kalau gue cemburu, namanya gue sayang. Lo mau gue sayang?" --- "Lo mau kemana? Bi...