14-Ojek Dadakan

664 58 0
                                    

Jangan lupa komentar di setiap paragraf ya.

Vote juga harus, kalo punya perasaan di follow.

•••Ingin meminta Tuhan untuk menghentikan waktu ketika berada di pelukan Papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Ingin meminta Tuhan untuk menghentikan waktu ketika berada di pelukan Papa.
•••

Entah keberuntungan untuk Silan atau justru ujian karena ternyata kedua orang tua Kiya sedang tidak ada di rumah saat ini. Padahal, Silan sudah ketar-ketir membawa Kiya dalam keadaan mabuk begini. Takut-takut di introgasi oleh calon mertua.

Karel juga sih yang bodoh. Mengeluarkan minuman alkohol sebanyak itu.

"Orang tua kamu kemana, Yang? Tumben banget sepi," Silan merebahkan tubuh Kiya di sofa.

Kiya bergumam, matanya berusaha ia buka meskipun sulit. "Kemana? Apa?" ujarnya ngaco.

"Huh, percuma ngomong sama orang mabuk," ujar Silan meniup wajah sang pacar.

"Besok-besok ga boleh ah mabuk sampe teler gini, gak baik buat kamu, Yang."

Kiya tertawa lucu, lantas tanpa aba-aba menarik kepala Silan dan Kiya langsung menempelkan bibirnya pada bibir Silan. Mereka berciuman.

"Atuh jangan langsung nyosor! Kaget aku!" Silan mencubit hidung Kiya gemas. Lantas kembali menempelkan bibirnya.

Perempuan yang poninya sudah acak-acakan itu mengalungkan tangannya pada leher Silan, merengkuh karena ciuman mereka semakin panas.

"Jangan di gigit sakit," cicit Silan dan terus bermain di dalam rongga sana.

Tanpa di sadari, posisi mereka sangat meresahkan. Kiya di bawah, dan Silan di atas. Lelaki itu membelai halus rambut Kiya, tangannya masuk ke belakang badan Kiya seraya mengelusnya lembut.

Bibir Silan kini beralih pada leher Kiya, menjelajahi kulit putih pacarnya seraya ia kecup pelan agar tidak menyisakan noda di sana. Dengan nakal, Silan menggigit kecil telinga Kiya membuat perempuan yang di bawah sadar itu membusung.

"Ah ... Aku mau lebih," Kiya mendesah pelan.

"Aku mau ini, ya." Kiya memegang kepunyaan Silan yang sudah mengeras. Sontak, Silan langsung duduk tegak, menggeleng kencang.

"Jangan, Yang."

Wajah Kiya memelas, terlihat sedih. "Kenapa?"

"Aku ga berani," ujar Silan, meneguk salivanya berat.

"Kamu selalu tolak aku."

Silan mengembuskan napas panjang, ia kembali menatap Kiya, "Kalau udah sah, baru boleh. Oke?"

Kiya cemberut. Menghela napas lalu kembali menikmati bibir Silan. Karena masih ingin, Silan menerimanya, tangan lelaki itu mengusap payudara Kiya lalu meremasnya pelan membuat jantung Kiya hampir copot.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang