31- Hati yang hancur

638 45 0
                                    

Bacanya sambil dengerin musik ya biar ngena!
|Arvian Dwi-Ajarkan Aku|

••
Nyatanya manusia hanya bisa menipu dengan gaya.
•••

Wanita yang baru selesai menata makanan di atas meja itu tersenyum senang. Ia lantas melepas apron berwarna putih dan menaruhnya sementara di atas kursi meja makan.

"Rajin banget punya Ibu! Baru bangun udah ada sarapan di depan mata." Shaka keluar dari dalam kamar tatkala hidungnya mencium aroma sedap ciri khas masakkan Ibu.

"Sengaja Ibu bangun subuh dan masak nasi goreng. Habis ini, Ibu mau pergi, Shaka."

"Pergi?" kening Shaka mengernyit, sebelah tangan cowok itu ia gunakan untuk mengambil buah apel di atas meja tepat di sebelah gelas berisi susu dan langsung ia gigit.

"Kemana, Bu?" tanya Shaka.

"Ibu mau tengok ayah kamu, Shaka. Semalam nenekmu ngabarin ayah masuk rumah sakit."

Cowok itu mendengkus tak suka. "Ngapain si, Bu? Kan ada istri keduanya, gak harus Ibu juga kesana."

"Shaka," Ibu berucap pelan. "Ibu cuma mau liat keadaan ayah kamu aja, nggak ada maksud lain."

"Sakit apaan emang?" tanya Shaka penasaran.

"Darah tinggi ayah naik, terus demam juga gak turun-turun," imbuh Ibu.

Cowok Sunda itu menghela napas berat. Ibu tak ada capeknya bersikap baik. Shaka sudah teramat sakit hati semenjak di tinggalkan oleh pria tak bertanggung jawab itu. Meskipun ayahnya menikah lagi karena paksaan keluarga tetap saja. Ia tetap sangat membenci ayahnya.

"Ya udah, asal jangan lama-lama," pesan Shaka. Ibu tersenyum hangat pada anak tunggalnya itu.

"Kamu nggak ke kampus?"

"Gak ada kelas, Bu. Hari ini Shaka free."

"Kalau gitu, mau ikut Ibu?"

Mendelik, Shaka menggeleng tegas. "Ogah, Bu. Amit-amit!"

"Ya sudah, Ibu berangkat dulu ya."

"Mau Shaka anter, Bu?" tawarnya.

Ibu menolak, wanita itu berkata. "Kamu belum mandi, biar Ibu naik taksi aja."

"Belum mandi juga, muka Shaka mah mirip Taehyung BTS."

Ibu geleng-geleng di depan pintu, wanita itu mengibaskan tangan. "Udah, ah. Ibu berangkat sekarang."

"Bu!" seru Shaka menahan.

"Apalagi Shaka?"

"Nitip rokok sebungkus," pintanya memelas.

"Shak-"

"Bu," cowok itu menangkupkan kedua tangan. "Pliss, ya?"

"Iya, udah, nanti Ibu belikan."

"Sayang Ibu banyak-banyak!!!" Shaka teriak kala Ibu sudah menghilang bersamaan dengan pintu tertutup.

Menopang kepala dengan tangan, cowok yang masih duduk di meja makan itu cekikikan sendiri. Pikirannya terbesit ingin menonton film porno, Shaka ingin mengambil kesempatan ketika sang Ibu tak ada di rumah.

DOR ... DOR ... DOR

Ia terkesiap bukan main kala mendengar suara gedoran keras dari pintu rumahnya. Cowok itu mengumpat dan mengutuk siapa orang yang berani menggedor-gedor rumahnya pagi-pagi begini. Kalau Ibu jelas saja tidak mungkin.

"Siapa si anjing," ujar Shaka sewot. Ia berjalan mendekat ke arah pintu dan segera menyentuh knop pintu agar lekas terbuka.

Memelotot kaget, Shaka terdiam cengo kala pintu terbuka yang menampakkan Silan dalam keadaan babak belur. Bibir cowok itu sobek, kening yang memar dan pipi yang membiru. Pagi-pagi, sudah atraksi saja. Shaka di buat terheran akan temannya ini.

Stres In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang